Translate

Monday, February 10, 2014

Books "A MONSTROUS REGIMENT OF WOMEN"

Books “MISTERI PEMBUNUHAN DI BAIT ALLAH”
Judul Asli : A MONSTROUS REGIMENT OF WOMEN
[ book 2 of Mary Russell – Sherlock Holmes Series ]
Copyright © 1995 by Laurie R. King
Penerbit Qanita
Alih Bahasa : Nur Aini
Editor : Prisca Primasari
Proofreader : Yunni Yuliana M.
Desain sampul : BLUEgarden
Cetakan I : Mei 2012 ; 332 hlm ; ISBN 978-602-9225-50-1
Rate : 4 of 5

Setelah berhasil mengalahkan musuh lama yang mengincar keselamatan nyawa Sherlock, Mary serta rekan-rekan mereka, akhirnya semua pihak yang harus menjalani pengungsian demi keselamatan masing-masing, kini kembali ke tempat asal di Inggris dan menjalani kehidupan mereka secara normal. Mary Russell yang kini berusia 20 tahun, sedang menjalani liburan Natal yang dianggap membosankan sekaligus menyiksa, kala kerabat yang tak disukainya, berpesta pora di kediamannya. Demi menghindarkan hal tersebut lebih lama, ia mengunjungi kediaman Sherlock Holmes, hanya untuk mendapati sosok yang kini dekat di hatinya sedang bepergian ke kota. Mary Russell tidak pernah dikenal dengan kesabarannya untuk menunggu, dan seketiak itu pula ia menyusul dan akhirnya berhasil bertemu dengan Sherlock yang sedang menjalani salah satu ‘kebiasaan’ anehnya, berkendara sebagai kusir kereta di London.


Pertemuan mereka tidak berjalan dengan baik, bahkan pertengkaran muncul dipicu oleh ketajaman perkataan Sherlock terhadap Mary. Kebiasaan untuk adu mulut dan perselisihan merupakan hal yang biasa terjadi pada kedua sosok ini. Tiada pernah dalam seminggu tanpa muncul adegan adu-debat dua sosok yang sama-sama keras kepala ini. Namun entah bagaimana, kali ini Mary sangat-sangat tersinggung dengan ucapan Sherlock dan memilih untuk ‘lari’ meninggalkan Sherlock di kota London menjelang tengah malam. Perjalanan atau pelarian Mary tanpa arah, membuatnya tersesat akibat minimnya pengetahuan wilayah-wilayah kota London. Di saat ia mulai putus asa, tiba-tiba sosok yang dikenal pada masa lalu, muncul dan menyelamatkan dirinya : Lady Veronica Beacondsfield atau lebih dikenal sebagai Ronnie, bisa dikatakan cukup dekat dengan Mary semasa pendidikan mereka di Oxford.

Ronnie, meski bertahun-tahun berpisah dan putus hubungan (terutama akibat pelarian Mary ke Palestina yang menunda penyelesaian pendidikannya), masih tetap sosok yang ramah dan siap membantu siapa saja yang membutuhkan uluran tangan. Maka malam itu dihabiskan Mary dengan menginap di kediaman Ronnie. Dan hal ini membawa dirinya pada permintaan bantuan untuk menolong teman laki-laki Ronnie yang terjerat pemakaian narkoba. Lebih lanjut, Ronnie membawanya menemui ‘sesuatu’ yang luar biasa yang telah merubah pandangan hidupnya. Lady Veronica Beacondsfield merupakan salah satu dari sekian banyak anggota aliran kepercayaan yang disebut Bait Baru Allah dibawah pimpinan Margery Childe yang mampu mebuat siapa saja terpesona mendengarkan dan melihat khotbah-khotbahnya. Mary Russell meskipun mendalami teologia secara ilmiah, bukanlah sosok yang sangat religius, sehingga terdorong rasa penasaran yang membuatnya setuju mengikuti khotbah Margery Childe.

Sosok wanita ini diluar dugaan mengejutkan Mary, bukan saja ia masih relatif muda dan materi yang diberikan bisa dikatakan terbilang ‘mentah’ dari sudut pandang kritis sebagai ilmuwan teologia. Namun harus diakui, pengetahuan dan wawasan Margery yang terbilang awam, mampu terlupakan akibat penampilan kharismatik dan semangat serta antusias yang ditampilkan, sehingga mempengaruhi para pengunjung khotbah. Seiring dengan pertemuan demi pertemuan, hubungan aneh yang terjalin antara Margery dan Mary, kedekatan antara kebutuhan Margery dan rasa penasaran Mary, menjadikan mereka bagai mentor dan murid yang saling memberikan hal-hal tak terduga bagi satu sama lain. Mary yang memiliki semua pengetahuan dan analisa secara logika, namun tidak mampu memberikan jawaban pasti tentang keyakinan yang dianggap absurb tanpa disertai bukti nyata.

Sedangkan Margery justru memilki keyakinan teguh akan hal-hal yang tidak tampak secara fisik, sesuatu yang dianggap sebagai keajaiban dan karunia. Perbedaan paham dan keyakinan antara keduanya, bisa dijembatani perlahan-lahan. Hingga muncul kasus yang melibatkan kematian beberapa anggota Bait Baru Allah. Kematian yang digambarkan sebagai kecelakaan hingga penyakit aneh, semuanya menimbulkan kecurigaan pada diri Mary sehingga ia memutuskan untuk menyelidiki lebih dalam apa sebenarnya yang terjadi dalam organisasi Bait Baru Allah. Untuk itu, ia harus menyusup masuk sebagai salah satu anggota yang memiliki keyakinan serupa dengan aliran tersebut. Dan ketika dalang yang menyebabkan rangkaian kematian itu tak dapat ditelusuri dengan mudah, maka hanya ada satu jalan untuk mengungkap identitas sang pelaku, menyiapkan jebakan dengan sosok Mary Russell sebagai umpannya.

Kali ini, unsur misteri dan kasus yang ditampilkan bisa dikatakan tidak terlalu kompleks dibandingkan kisah seri pertama. Akan tetapi tema yang diangkat tidak kalah peliknya, sebagaimana selama ini kaum ilmuwan yang menjunjung tinggi ilmu sains sesuai nalar dan logika, selalu berhantaman dengan keyakinan yang dianggap absurb oleh mereka, sesuatu yang dipercaya dan dipegang teguh oleh kaum aliran kepercayaan. Bagai pepatah bahwa sains dan agama tidak dapat disatukan, maka teori tersebut muncul melalui pergulatan pikiran dan emosi yang dialami oleh sosok Mary Russell. Sebagaimana kehidupan manusia yang senantiasa disibukkan oleh hal-hal yang terjadi disekelilingnya, problema rumah tangga, keruwetan hubungan dengan pasangan, selisih paham dengan rekan kerja, kesulitan meraih impian dalam pendidikan maupun kehidupan sehari-hari, kelemahan dan ketakutan menghadapi kegagalan dan sakit hati, semuanya tampil melalui perwujudan kasus setiap individu dalam kisah ini.

Ibarat membaca bacaan filosofi, maka ‘A Monstrous Regiment of Women’ bisa jadi merupakan karya fiksi yang mampu menyajikan sekelumit hal-hal yang patut menjadi pertimbangan dan bahan pemikiran lebih dalam. Sejauh mana keyakinan manusia dalam menghadapi aneka cobaan dan rintangan serta ketakutan dalam kehidupan masing-masing ? Meski disajikan dengan latar belakang menjelang awal abad 20, dimana status kaum perempuan masih menempati posisi yang sulit, pencerminan akan konflik keyakinan dan pandangan hidup, tak kalah dengan pandangan filosofi ala Paulo Coelho atau bahkan penulis Mitch Albom. Uniknya, pada setiap pergantian bab, penulis mencantumkan cuplikan demi cuplikan pernyataan dari tokoh-tokoh terkemuka dunia, bahkan ayat-ayat kitab suci yang menjurus pada pemahaman tentang makna dan status keberadaan kaum perempuan di dunia ini.

Terkait dengan kisah ini, karakter Mary Russell secara pribadi mengalami pergulatan antara keyakinan tentang kepercayaan sebagai umat beragama, pandangan sebagai ilmuwan yang menjunjung tinggi bukti-bukti empiris melalui serangkaian pengujian, dan terutama keyakinan untuk memilih jalan hidup demi masa depannya, menyangkut sosok Sherlock Holmes. Tanpa adanya unsur misteri yang pelik, kisah kali ini tetap mampu memukau karena penulis mengupas beberapa poin penting dari sudut pandang ilmuwan teologia  yang brilian (diwakili oleh Mary Russell) ; sudut pandang awam yang  memiliki kekuatan dan kepercayaan mewujudkan terjadinya keajaiban (diwakili oleh Margery Childe) ; sosok yang terbilang ‘sedikit’ atheis dan tidak memperdulikan hal-hal keagamaan, namun justru memiliki keyakinan kuat dari pengalaman selama bertahun-tahun (diwakili oleh Sherlock Homes), hingga sosok yang dianggap lemah namun memiliki pandangan postif dan selalu menilai dari sisi kebaikan manusia, meski acapkali dianggap cukup naif atau bodoh (diwakili oleh Lady Veronica Beacondsfield).


~ This Post are include in ~
2014 READING CHALLENGE
14th Book in TBRR Pile

Best Regards,

Hobby Buku

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...