Judul Asli : MONSTER
Copyright © 2005 by Frank Peretti
Penerbit Inspirasi ( BPK Gunung Mulia )
Alih Bahasa : Yenny Halim & Siska Primaningrum
Editor : B. Wahyunarso ; Budyarsa ; Kristihandari P.K.
Desain Sampul : Hendry Kusumawijaya
Cetakan I : 2011 ; 504 hlm
Setelah menyelesaikan bacaan “House”
( kolaborasi Frank Peretti & Ted Deker ) yang rilis bersamaan
waktunya, dengan hasil penuh kekecewaan akan sebuah ekspetasi tinggi dari
maestro thriller ini, maka diriku tak berharap banyak dari kisah berikut ini.
Perlu diketahui bahwa novel ini merupakan karya pertama sang penulis setelah
vakum hampir 6 tahun lamanya ( tercantum di dalam halaman pengantar oleh
penerbit ), maka kembali diriku berharap dengan cemas, apakah kisah ini mampu
mengembalikan daya tarik karya-karya beliau sebelumnya ?
Dibuka dengan adegan seorang pemburu, yang semula tampak menelusuri jejak
buruannya, namun justru menemukan sosok mayat yang terbunuh dalam kondisi aneh.
Alih-alih berusaha membantu, sang pemburu justru melakukan suatu tindakan guna
menutupi kondisi awal mayat tersebut, merekayasa agar tampak seperti sebuah
kematian akibat kecelakaan, bukan sebagai suatu pembunuhan mengerikan ...
Kemudian kisah berpindah pada pasangan suami istri, Reed dan Rebecca ‘Beck’
Shelton, yang sedang dalam perjalanan untuk mengikuti program ‘survival-camp’ di hutan belantara. Reed
adalah pria tinggi, tangguh dan atletis, suka dengan aktifitas di luar ruangan,
apalagi dengan tugasnya sebagai wakil sheriff. Namun tidak demikian halnya
dengan Beck, wanita mungil, pendiam, lebih suka berdiam diri tanpa adanya
interaksi aktif secara sosial. Adalah usulan Reed yang ingin ‘membantu’
istrinya keluar dari ‘cangkang’ yang dibentuk selama hidupnya, salah satunya
dengan ide ‘outbound’ yang diharapkan
akan membuat Beck lebih membuka dirinya terhadap dunia sekelilingnya.
Pasangan ini akan bergabung dengan pasangan lain, Dr. Michael Capella dan
istrinya Sing Coeur d’Alene, namun karena sesuatu hal, Reed dan Beck Shelton
berangkat dan tiba terlebih dahulu di pondok tetirah – tempat di mana mereka
semua akan berkemah dan menjalani kehidupan di alam bebas. Saat mereka berdua
akhirnya tiba di tempat tujuan sesuai petunjuk dalam peta, pondok yang mereka
harapkan sebagai tempat beristirahat, justru ditemukan dalam kondisi rusak
berat, dengan perbekalan makanan porak-poranda, berserakan di luar pondok,
tampak telah dimakan oleh hewan-hewan liar. Sang pemandu Randy Thompson, yang
seharusnya berada di lokasi itu, tak dapat ditemui di mana pun.
Karena hari menjelang malam, Reed memutuskan agar mereka berkemah di dekat
wilayah pondokan tersebut sembari menunggu kesokkan harinya, saat hari terang
untuk mencari tahu kondisi sebenarnya yang terjadi. Meski sangat takut dan
keberatan dengan kondisi yang tidak diharapkan itu, Beck terpaksa menuruti
nasehat Reed. Saat kepekatan malam menyelimuti keberadaan dua pasang manusia
ditengah hutan belantara, berbagai suara serta bunyi-bunyi aneh menyeruak di
tengah keheningan malam yang mencekam. Meski berusaha menahan rasa takutnya, pada
akhirnya Beck tak mampu menahan ketika ia mendengar adanya ‘keberadaan sesuatu’ di luar sana, seakan mengamati dan menanti
mereka. Kengerian semakin memuncak saat terdengar jeritan nyaring, menyayat
sekaligus menakutkan, disertai sergapan bau busuk memuakkan, mendekati
perkemahan mereka.
Saat berusaha menyembunyikan diri di atas pepohonan, mereka justru
mendapati sosok mayat tergantung di atas pohon itu. Mayat dalam kondisi kepala
hampir putus itu adalah Randy Thompson – sang pemandu yang hilang dari lokasi
kamp. Tak salah lagi, sesuatu yang ganas akan menyerang mereka, maka tanpa
menunggu lebih lama, Reed dan Beck berlari dalam kegelapan, berusaha menjauh
dari makhluk mengerikan yang mengejar mereka. Meski berusaha lari secepat dan
sejauh mungkin, mereka berdua masih mendengar keberadaan makhluk yang memburu
mereka, hingga suatu saat Beck tergelincir jatuh dari atas tebing yang curam,
pingsan dalam kondisi terluka. Reed yang berusaha turun ke tebing guna menolong
Beck, harus menyaksikan pemandangan yang menjadi ‘teror’ mengerikan : makhluk
raksasa hitam kelam, memungut sosok Beck yang pingsan, dan kemudian menghilang
dalam kegelapan.
Kesan :
Wow ... dari permulaan hingga menjelang pertengahan, ketegangan serta alur
yang cepat mewarnai kisah ini. Yes !!! Ini ciri khas Frank Peretti yang
kutunggu-tunggu, sungguh mampu mengobati kekecewaan akan “House” --- mungkin lain kali sebaiknya tidak
dilakukan sebuah kolaborasi penulisan, jika ternyata justru menghilangkan ciri
khas penulisan beliau. Okay, kembali ke dalam kisah ini, lewat alur yang cepat
serta sangat detil, dimulai perjalanan Reed beserta kawan-kawannya dalam
menelusuri jejak makhluk yang menculik Beck
ke dalam hutan belantara. Terjadi pro dan kontra dalam kelompok
penyelamat, sebagian besar percaya bahwa penyebab peristiwa itu adalah seekor
beruang, namun Reed tahu bukan beruang yang mengejar dan menculik Beck, meski
ia tak mampu memberikan definisi jelas apakah makhluk itu.
Dalam kisah ini dituturkan pula pengalaman Beck saat ia ‘sadar’ dari pingsan,
mendapati dirinya di bawah oleh sosok makhluk aneh. Dan bukan hanya satu,
tetapi ada beberapa makhluk aneh dari berbagai jenis kelamin dan usia yang ia
lihat. Beck mendapati dirinya untuk sementara tidak dalam kondisi ‘berbahaya’
asalkan ia mengikuti kelompok makhluk aneh tersebut. Beck Shelton yang terbiasa hidup dalam kenyamanan
serta gangguan, kini mendapati bahwa
satu-satunya cara untuk bisa bertahan hidup adalah beradaptasi dan berjuang
demi kehidupan. Beck tidak tahu bagaimana kondisi Reed, tapi ia tahu bahwa Reed
pasti menghendaki dirinya untuk bangkit berdiri, terlepas dari cidera serta
ketidaknyamanan yang ia alami, berjuang berebut haknya. Apalagi kini ia hidup
bersama makhluk-makhluk yang masih menggunakan hukum rimba, siapa yang kuat, ia
memiliki kekuasaan.
Sembari meneruskan bacaan yang lumayan tebal, semakin lama mulai jelas,
bayangan serta pesan-pesan yang disampaikan oleh penulis dalam alur yang
menegangkan ini. Dengan memadukan gaya thriller-suspense serta padanan sci-fi
lewat tehnologi rekayasa genetika ( mengingatkan diriku akan kisah NEXT by
Michael Crichton, tentang eksperimen mutasi genetika ), penulis memberikan
peringatan keras tentang apa sebenarnya kehidupan, bagaimana kita harus
berjuang alih-alih hanya sekedar menerima apa adanya alias ‘menumpang-lewat’ di
dunia ini. Sesuai dengan judulnya “Monster” – bayangan tentang sosok
menakutkan serta mengerikan justru akan terhapus, karena ‘monster’ yang sebenarnya seringkali muncul dalam wujud tak
terduga, wujud yang tampak ramah, intelektual, serta beradab. Namun jika berada
dalam kondisi terpojok, justru mampu bertindak sangat brutal melebihi makhluk
liar, menghabisi siapa saja yang menghalangi tujuannya.
~ Monster. Inc by Pixar | similar theme's stories ~ ( source ) |
“Kau punya nama. Kau adalah seseorang, seorang manusia ; kau lebih daripada makhluk yang kau ciptakan. Dan lihatlah dirimu sekarang. Seorang manusia atau sesosok monster ?”[ from ‘Monster’ by Frank Peretti | p. 485 -486 ]
Tentang Penulis :
Frank Peretti, adalah penulis Monster serta Internasional Bestseller “The Oath” dan “This Present Darkness, juga “The Prophet”, “Hangman’s Curse” yang telah terjual lebih dari 12 juta copy. “The Oath” yang rilis pada tahun 1995, telah terjual lebih dari satu juta copy dan memperoleh pengharagaan ECPA Gold Medallion Award 1996 untuk kategori fiksi terbaik. Peretti tinggal bersama sang istri, Barbara, di daerah Pasific Northwest. Kunjungi situs webnya di www.frankperetti.com.
Frank Peretti, adalah penulis Monster serta Internasional Bestseller “The Oath” dan “This Present Darkness, juga “The Prophet”, “Hangman’s Curse” yang telah terjual lebih dari 12 juta copy. “The Oath” yang rilis pada tahun 1995, telah terjual lebih dari satu juta copy dan memperoleh pengharagaan ECPA Gold Medallion Award 1996 untuk kategori fiksi terbaik. Peretti tinggal bersama sang istri, Barbara, di daerah Pasific Northwest. Kunjungi situs webnya di www.frankperetti.com.
Best Regards,
* Hobby Buku *
No comments:
Post a Comment