Translate

Wednesday, October 23, 2013

SCENE ON THREE [ 2 ] : HERCULE POIROT & ARTHUR HASTINGS ( Part I )

SCENE ON THREE [ 2 ]

It’s my second time on ‘Scene On Three’ – a blog meme’s host by Bzee.
Again, setelah terlewatkan beberapa kali, soalnya suka lupa dengan tanggalan (>,<), maka kali ini sekalian kuambil dari beberapa judul buku dari salah satu penuli favoritku. Bertepatan  pula dengan event Reading Challenge yang sedang berlangsung selama September – Desember di blog HobbyBuku’s Mystery, yaitu “AGATHA CHRISTIE’S READ-A-LONG & GIVEAWAY”



Selama sebulan terakhir, diriku membaca-ulang karya-karya beliau yang menampilkan karakter utama Hercule Poirot serta partnernya Arthur Hastings. Dinamika serta hubungan dua pria yang memiliki sifat serta karakter yang saling bertolak belakang ini, acapkali mengundang tawa, menjadi salah satu hiburan dalam menelaah kasus-kasuss misteri yang unik sekaligus menegangkan.

Perlu diketahui, Hercule Poirot digambarkan sebagai sosok pria mungil, dengan kepala bulat telur yang licin, kumis tebal nan rapi melintang yang sangat dirawat dan ditata penuh kesungguhan, penggila kerapian dan kesempurnaan serta keseimbangan bentuk (segala jenis bentuk yang tidak sempurna akan sangat mengusik dirinya, misalnya dasi yang terpasang miring, telur yang besarnya tidak sama, roti yang tidak dipotong serupa, bercak debu atau kotoran di pakaian, dll).

Dan ia mementingkan logika di atas segalanya (terutama yang berhubungan dengan perasaan dan insting, atau sifat romantis yang tidak perlu). Sebagai pria asal Belgia yang mirip orang-orang Prancis, ia lebih terbuka dan blak-blakan dalam mengungkapkan perasaannya (seperti memeluk bahkan mencium sesama pria). Sedangkan Kapten Arthur Hastings adalah pria Inggris tulen, dibesarkan dan menjalani pendidikan militer yang membuatnya acapakali dianggap kaku dan kuno oleh Poirot. Simak saja ‘percakapan’ yang terjadi antar keduanya ...
“Kau tentu pernah berburu rubah, ya ?”

“Kadang-kadang aku berburu. Mengapa ?”
“Eh bien, dalam berburu itu kau membutuhkan anjing, bukan?”
“Anjing pemburu ? Ya, tentu.”
“Tapi,” kata Poirot sambil mengacung-acungkan jarinya padaku, “Kau tentu tidak turun dari kudamu dan berlari-lari di tanah sambil mengendus-endus tanah dengan hidungmu dan berseru nyaring-nyaring Ow-Ow?”
“Jadi kaubiarkan anjing pemburu itu melakukan pekerjaannya sebagai anjing, bukan ? Lalu mengapa kausuruh aku, Hercule Poirot, merendahkan diriku dengan merangkak (mungkin di rumput yang lembab), hanya untuk mempelajari bekas jejak kaki yang mencurigakan ?”
[ ~ taken from “Murder on the Links” | p. 26 – 27 ]
“Kau punya pengaruh besar atas diriku, Hastings. Kau punya kecenderungan mengarah ke jalan yang salah, dan aku hampir saja tergoda untuk mnegikuti jalan itu ! Kau orang yang benar-benar pantas untuk dikagumi. Kau jujur, mudah dipercaya, terhormat, tapi biasanya mudah terpengaruh oleh si penjahat. Dari orang-orang seperti kaum yang ada beratus-ratus jumlahnya, si penipu mendapatkan penghasilannya.”

“Poirot yang baik, seruku dengan marah, “sikapmu benar-benar tak masuk akal. Orang yang sudah bepergian keliling dunia seperti aku ...”
“Tak pernah jera,” potong Poirot dengan wajah sedih. “Memang mengherankan, tapi itulah kenyataannya.”
[ ~ taken from “Peril At End House” | p. 70 ]
“Ada apa ?” tanyaku, karena ia berhenti mendadak dalam pembicaraan.

“Tentang sesuatu yang baru akan kuketahui pada hari Senin nanti,” sahutnya. Pernyataan itu berarti bermakna ganda.
Aku melihat kepadanya, tapi tidak berkata apa-apa. Poirot mendesah.
“Rasa ingin tahumu sekarang sudah tak besar lagi, sahabatku. Dulu ...”
“Ada beberapa kesenangan yang tak ingin aku bagikan denganmu,” kataku dingin.
“Apa maksudmu ?”
“Kesenangan untuk menolak menjawab pertanyaan.”
“Ah, jahat sekali kau !”
[ ~ taken from “Peril At End House” | p. 79 ]
“Kau lihat tadi dia sedang menulis surat ?”

“Ya.”
“Eh bien, waktu aku masih muda dulu, di Kepolisian Belgia, aku sadar bahwa belajar membaca tulisan secara terbalik banyak gunanya. Bagaimana jika kuceritakan kepadamu apa yang ditulisnya dalam surat itu ?”
“Poirot !” seruku. Alangkah tidak sopannya dia ! Aku jengkel sekali. Begitu puasnya dia dengan pertunjukan tersebut, tanpa rasa bersalah sedikit pun.
“Poirot,” aku berseru. “Kau kan tak boleh melakukan itu. Membaca surat pribadi orang.”
“Tolol benar kata-katamu, Hastings. Bagaimana kau bisa berkata tak boleh untuk sesuatu yang baru saja kulakukan!”
“Ini__ini bukan main-main.”
“Aku tidak main-main. Kau tahu. Pembunuhan itu bukan main-main. Ini serius. Lagi pula, Hastings, kau tak boleh menggunakan kalimat seperti itu. Itu sudah kuno. Aku tahu, itu sudah tidak dipakai lagi. Anak-anak zaman sekarang akan tertawa mendengarnya. Mais oui, gadis-gadis muda yang cantik akan menertawakan dirimu jika memakai ungkapan seperti itu.”
Aku terdiam. Aku tak dapar mentolerir apa yang baru saja diperbuat Poirot dengan santainya.
“Itu kan sama sekali tidak perlu,” kataku. “Kalau saja kau ceritakan kepadanya bahwa kau pergi menemui Lord Edgware atas permintaan Jane Wilkinson, pasti akan lain caranya menerimamu.”
“Ah ! Tapi aku tidak dapat melakukan itu. Jane Wilkinson adalah klienku. Aku tak dapat membicarakan urusan klienku dengan orang lain. Aku selalu menjamin kerahasiaan tugas-tugas yang dipercayakan kepadaku. Sungguh tak terhormat jika aku membocorkannya.”
“Terhormat !”
“Tepat.”
“Tapi dia kan akan menikah dengan Duke ?”
“Itu tidak berarti dia tidak menyimpan rahasia terhadap sang Duke. Gagasanmu tentang pernikahan sungguh kuno sekali. Tidak, usulmu itu jelas tak mungkin kulakukan. Sebagai detektif aku punya kehormatan yang mesti dijaga. Kehormatan itu soal yang serius.”
“Yah, kurasa di dunia ini ada berbagai macam kehormatan.”
[ ~ taken from “Lord Edgware Dies” | p. 220 – 221 ]
Ohohoho ... there’s so many hillarious moments when the two ‘best-buddies’ meet and arguing on each others. Let’s see if I can get more of them while re-reading all Agatha Christie’s novel until the end of this year (^_^)

Jika Anda tertarik untuk ikut serta dalam meme ini, silahkan meluncur di SINI (untuk mengetahui cara dan prosedurnya) dan sesuai namanya, event ini diadakan setiap tanggal “3” dalam penanggalan per bulan ( 3, 13, 23, 30, 31 ). Tertarik ? Langsung aja masukan postingan di link-tools yang tersedia di SINI.

Best Regards,

Hobby Buku

3 comments:

  1. woaaah banyak nih scene nya :) selalu suka sama interaksi antara poirot dan hastings :) seperti bumi dan langit ya hahaha

    ReplyDelete
  2. hihi, asyik mmg kalo Poirot dan Hastings lagi berdebat masalah yg berhubungan sm budaya/kebiasaan

    ReplyDelete
  3. Tapi tetap saja Hastings nggak bisa lama-lama 'marah' sama Poirot XDD

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...