Judul Asli : CAROLINA MOON
Copyright © 2000 by Nora Roberts
Penerbit Gramedia Pustaka Utama
Alih Bahasa : Dharmawati
Cover by Eduard Iwan Mangopang
Cetakan I : Juni 2012 ; 624 hlm
Rate : 4 of 5
Rate : 4 of 5
Bagaimana jika dirimu memperoleh ‘kemampuan khusus’ yang berhubungan dengan
dunia supranatural? Bagaimana jika dirimu mampu berhubungan dengan orang-orang
yang telah tiada dengan cara tidak wajar? Bagaimana jika mereka telah dibunuh
dan mengalami penyiksaan secara brutal menjelang kematiannya, dan dirimu
mendapati ‘mampu melihat’ kejadian-kejadian mengerikan tersebut melalui mata
dan perasaan sang korban?
Ia terbangun dalam tubuh sahabatnya yang telah tiada. Ia berumur delapan tahun, tinggi untuk anak seusianya, dengan tulang yang rapuh, raut yang lembut. Rambutnya sewarna jagung mengilat, dan tergerai cantik di sepanjang punggungnya yang kecil. Ibunya sangt suka menyikat rambutnya setiap malam, seratus kali dengan sikat berbulu lembut berpunggung perak, yang ditaruh di atas meja rias anggun yang terbuat dari kayu ceri. Dan di cermin, dalam sinar lampu, ia dapat melihat wajah ovalnya yang pucat, begitu belia, begitu cantik, dengan mata biru yang cerdas dan kulit yang lembut. Begitu hidup. Namanya Hope.( from Carolina Moon by Nora Roberts | chapter 1 ; p. 9 )
Victoria ‘Tory’ Bodeen, mendapati dirinya memiliki kemampuan khusus pada
usia delapan tahun, pada saat kematian sahabatnya Hope Lavelle – gadis ceria,
putri kesayangan keluarga Lavelle pemilik Beaux Reves, tuan tanah tempat
keluarganya menyewa tanah garapan di wilayah Progress, South Carolina. Hope
ditemukan tewas, diperkosa dengan brutal dan tergeletak tak bernyawa di
rawa-rawa dekat kediamannya. Dan yang menunjukkan tempatnya adalah Tory –
sahabat karibnya, yang ‘memperoleh’ penglihatan saat Hope ditangkap dan
disiksa.
Tiada yang percaya bahwa gadis cilik dengan pakaian lusuh dan tubuh penuh
luka memar dan cambukan itu ‘mampu-melihat’ kejadian tragis yang menimpa Hope,
dan dalam sekejap, masyarakat bersedih dan senantiasa mengenang hal itu sebagai
tragedi penyerangan yang dilakukan oleh orang asing. Hanya satu orang yang
mengetahui secara pasti, bahwa Hope telah dibunuh, dan ia menderita akan
siksaan bayangan dan mimpi-mimpi tak berkesudahan tentang peristiwa itu. Hanya
Tory Bodeen yang tahu bahwa sang pembunuh masih berada di luar sana ...
Delapan belas tahun kemudian, Tory Bodeen kembali ke kota di mana
mimpi-mimpi buruknya tak pernah hilang, meski ia telah pergi menjauh dan
menjalani kehidupan baru. Tory – gadis cilik yang hidup dalam siksaan fisik
sang ayah Hannibal Bodeen dan ibunya Sarabeth, yang tak pernah menjadi seorang
ibu maupun pelindung dirinya, akhirnya mampu membangun kehidupan baru sebagai
seorang wanita mandiri dan sukses dalam karirnya. Meski demikian, Tory akhirnya
menyadari, masih ada hal penting yang harus ia hadapi : mencari kebenaran akan
kematian Hope.
Kedatangan Tory di kota kecil itu mengundang berbagai reaksi. Dari sekedar
teman lama yang suka bergosip, mantan gurunya, hingga satu-satunya keluarga
yang masih tersisa, keluarga yang menyayanginya selain neneknya Iris Mooney,
yaitu pamannya J.R. Mooney – pria bertubuh besar dengan hati besar pula,
istrinya yang ceria Boots Mooney serta putra mereka Wade, semuanya menyambut
hangat kehadiran gadis yang dulu dikenal sangat pendiam dan aneh, terutama
dengan kondisi di mana kedua orang tua Tory akhirnya diketahui telah
menelantarkan putri mereka satu-satunya.
Dan ada pula yang membenci kedatangannya, terutama Margaret Lavelle, istri
Jasper yang telah meninggal dalam kesedihan setelah Hope tewas. Ia menganggap
Tory bertanggung jawab atas kematian putrinya yang manis dan penurut. Demikian
pula Faith Lavelle – saudara kembar Hope, yang serupa namun memiliki sifat dan
karakter yang bertolak belakang dengan Hope. Yang mengejutkan, Kincade ‘Cade’
Lavelle – penerus dan pewaris Beaux Reves, kakak tertua Hope dan Faith justru
menyambut kedatangan Tory dengan sangat baik ... membuat Tory merasa serba
salah, karena ia merasa, dibalik keramahan dan keceriaan sikap Cade, tersembunyi
maksud-maksud tertentu, dan ia yakin tidak akan menyukainya.
Tory berusaha mengenyahkan kegelisahan hatinya dengan mempersiapkan
pembukaan toko barunya di kota itu. Ia juga menyewa rumah kediaman keluarganya
yang telah kosong sekian lama, sembari berusaha menhadapi hantu-hantu masa
lalu, kenangan menyakitkan akan penyiksaan tiada henti oleh kedua orang tuanya.
Tory telah mempersiapkan dirinya selama bertahun-tahun. Ia menutup hati dan
luka jiwanya rapat-rapat, dan tak akan membiarkan siapa pun mendekati dirinya –
membuka hati berarti membuka peluang dirinya akan disakiti kembali.
Dan di
saat-saat ia kelelahan secara fisik maupun mental, Hope muncul dalam
mimpi-mimpinya, mendesak bahwa Tory harus segera melakukan tindakan, karena
sang pembunuh telah berkeliaran dan membunuh banyak korban selama
bertahun-tahun setelah kematian Hope. Tanpa Tory sadari, kedatangannya kembali
ke kota dan kediaman masa lalunya ini, telah membuka berbagai pintu rahasia
kelam yang telah disembunyikan rapat-rapat oleh para penghuni kota kecil itu.
Dan mereka semua bagaikan gunung berapi yang tertidur, namun sewaktu-waktu siap
untuk meletus, mengeluarkan semua isinya, yang tentunya akan membawa korban
baru ... salah satunya nyawa Tory sendiri !!!
Kesan
:
Sebelumnya diriku belum mendapat kesempatan membaca sampai selesai karya
Nora Roberts yang merupakan romance-suspence ini (kecuali serial Eve Dallas,
yang nota bene berbeda setting). Dan diriku mendapati terbawa arus ketegangan
yang mulai dibentuk secara perlahan namun pasti. Menggugah rasa penasaran
sekaligus daya tarik yang dimunculkan di sana-sini, dengan cerdik oleh penulis.
Bagaikan menonton film suspense yang tidak sekedar menakut-nakuti para
penontonnya, justru dengan penggambaran adegan per adegan, sebagai pembaca,
kita akan diajak dalam visualisasi ‘mimpi-mimpi’ Tory Bordeen.
Sebagai penikmat bacaan genre thriller – suspence, tidak semua bacaan mampu
membangun ketegangan disertai alur kisah yang ‘masuk-akal’ sekaligus menarik pembaca
untuk terus mengikuti kisahnya hingga akhir. Dan untuk kisah ini, penulis patut
diacungi jempol karena mampu menyajikan kisah dengan tema yang juga banyak
diadaptasi oleh penulis lain, namun tetap bisa membuat daya tarik tersendiri
yang berbeda nuansa. Dengan menggunakan banyak karakter yang bisa digunakan
untuk mengembangkan kisah lebih lanjut, tapi tanpa berbelit-belit, maka bacaan
ini sangat kurekomendasikan bagi penikmat bacaan genre ini.
Yang menarik untuk disimak lebih lanjut adalah penggambaran karakter Tory
Bodeen – wanita dengan masa lalu kelam karena dianiaya secara fisik dan mental
oleh kedua orang tuanya, plus diberkati kekuatan ‘supranatural’ melihat
peristiwa pembunuhan dari mata sang pembunuh. Pernah ada penelitian bahwa ‘bakat’
ini selain merupakan faktor keturunan, bisa pula terjadi pada orang-orang yang
memiliki ‘sensifitas’ tinggi, membuat dirinya lebih peka akan dunia lain.
Apalagi jika ada penghubung batin yang kuat, dalam hal ini, hubungan batin
antara Tory dan Hope yang sangat kuat, yang membuka pintu batin Tory hingga ia
mampu melihat sekaligus merasakan saat Hope disiksa hingga kematian
menjemputnya.
Tory dan Hope adalah gadis-gadis yang terlahir dari dua keluarga yang
berbeda, namun jika dapat dikatakan saat mereka bertemu, mereka berdua
menemukan pasangan jiwa masing-masing sehingga keakraban dan kedekatan mereka
jauh lebih dalam daripada yang tampak di luar. Kecemburuan dan rasa iri Faith
sebagai saudara kembar Hope yang tak mampu berbagi jiwa, pada akhirnya
berbuntut pada kebenciaan tak beralasan, terlebih ketika ia melihat saudara
satu-satunya yang tertinggal Cade, juga menaruh perhatian besar terhadap
kehidupan Tory. Dan lebih kompleks lagi, Faith terlibat hubungan rumit dengan
salah satu anggota keluarga Tory pula.
Dengan lihai, penulis memainkan perasaan pembaca dengan peralihan
karakter-karakter yang berbeda-beda. Tanpa terasa, hingga menjelang akhir,
masih tak terduga siapa dalang di balik berbagai kengerian yang muncul di kota
tersebut, terutama setelah kemunculan Tory Bodeen – kedatangannya bagai memicu ‘kegilaan’
yang sekian lama terpendam dan tersembunyi, dan sosok-sosok mayat pun mulai
bermunculan. Benar-benar kisah yang menarik dan asyik untuk disimak (^_^) dan
jelas sama sekali tidak membosankan.
Tentang
Penulis :
Eleanor Marie Robertson yang dikenal sebagai Nora Roberts, lahir pada
tanggal 10 Oktober 1950 di Silver Spring, Maryland, merupakan penulis asal
Amerika dengan novel romance yang telah mencapai lebih dari 209 judul, sebagian
besar dari karyanya senantiasa berada dalam daftar bestseller internasional. Berbagai
penghargaan atas karya-karya turut melambungkan namanya sebagai penulis, tidak
membuat karya-karya terhenti, justu ia semakin giat dalam berbagai kegiatan yang
berhubungan dengan dunia tulis-menulis. Ia juga turut berperan sebagai salah
satu pendukung setia dalam kegiatan RWA (Romance Writers of America), hingga memperoleh perhatian khusus, yang
menempatkan namanya dalam daftar organisasi Hall of Fame. Pada puncaknya,
ia memenangkan “the 19th RWA’s RITA Awards” pada tahun 2006, sebuah
penghargaan tertinggi bagi penulis romance.
Selain menulis novel-novel romance, beliau juga menulis kisah romance
dengan menggunakan setting masa depan ala sci-fi novel, serial Eve Dallas
dengan nama pena JD Robb, yang ternyata juga mendulang kesuksesan yang tidak
kalah dengan novel-novel lainnya. TIME Magazine bahkan memasukan namanya dalam
daftar “100 Most Influential Peole in 2007” dan Nora Roberts satu-satunya
penulis yang masuk dalam daftar tersebut, selain penulis lain bernama David
Mitchell. Kesuksesan berbagai novelnya, mengundang perhatian media lain,
sehingga pada tahun 2007 Lifetime Television memberikan kontrak untuk membuat
seri TV Movies dari novel-novelnya, seperti Angel’s Fall, Montana Sky, Northern
Lights, Midnight Bayou, High Noon, Tribute dan tentu saja Carolina Moon yang dibintangi
aktris Claire Forlani, Oliver Hudson, dan Jacqueline Bisset.
Jika ingin mengetahui lebih lanjut tentang penulis beserta karya-karyanya, silahkan kunjungi situs resminya di : Fan Page USA atau di Fan Page UK
Best Regards,
* Hobby Buku *
No comments:
Post a Comment