Judul Asli : SIZE
12 IS NOT FAT
Penulis : MEG
CABOT
Penerbit Gramedia Pustaka Utama
Alih Bahasa :
Barokah Ruziati
Rate : 4 of 5
Review :
Bagaimana
jadinya jika seorang ‘bintang remaja’ mengalami penurunan dalam karirnya ? Yang terbayang dalam benak-ku “ Britney Spears” …namun tokoh utama dalam kisah ini, tidak
mengalami perubahan se-drastis Britney, hanya mengalami ‘kenaikan berat badan’
dan tidak memiliki tempat tinggal serta pekerjaan, dan susahnya ia juga tidak
memiliki gelar sarjana sebagai bekal untuk melamar pekerjaan yang lebih layak (
gara-gara mementingkan karir semasa remaja, jadi tidak melanjutkan sekolah, mana tahu ternyata dirinya ‘didepak’ oleh produser musiknya ).
Yang cukup
menarik, karakter Heather digambarkan sebagai gadis remaja yang tidak menikmati
masa remaja karena ‘bekerja’ sebagai penyanyi idola remaja, hingga ia dipaksa keluar
dari kehidupan glamour – menjalani kehidupan nyata, dan ternyata akhirnya ia sangat
menyukai kehidupan barunya. Menemukan sosok pria yang lebih menghargai dirinya
apa adanya, sahabat-sahabat yang bersedia membantu & menolong dirinya kapan
saja ( tanpa melihat kondisi fisik maupun keuangannya ), dan yang terpenting ia menemukan panggilan hati untuk menekuni apa yang disukainya, bukan
berdasarkan ‘rating kesuksesan’ atau ketenaran.
Dengan gaya bahasa yang ‘me-remaja’ serta konflik-konflik seputar remaja putri khas Meg Cabot, tokoh Heather menjadi hidup, bahkan melalui segala kekonyolan yang dilakukan ( maupun dipikirkan dalam benaknya ) justru mencerminkan realita yang sering kita hadapi dalam dunia nyata. Bahwa apa yang tampak di luar : ke-glamouran, kecantikan, kekayaan, kebahagiaan, kesuksesan, semuanya hanya dapat dinikmati jika sesuai dengan hati kita – serta penerimaan akan segala kelebihan maupun kekurangan masing-masing, bahwa setiap individu adalah makhluk yang unik dan tiada yang sama. Lewat kisah ini, penulis tampak berusaha menghadirkan suatu pertanyaan : sampai sejauh mana kita melangkah demi menjalani kehidupan yang ‘stereotipe’ dengan kemaun orang lain … atau kita mampu menerima diri sendiri apa adanya ??? Jika tidak, maka salah-salah kita pun bisa jadi ‘pembunuh’ seperti dalam kisah ini … demi memperjuangkan sesuatu yang ‘klise’ namun banyak diburu. Just like the title “Size 12 Is Not Fat” , so everything just in your mind, just make a choice to turn in to ‘positive’ or ‘negative’ …..
[ source ] |
Sinopsis :
Heather Wells
–mantan penyanyi pop idola remaja, sekarang menjabat sebagai asisten manager sebuah asrama New York College. Ia berusaha mengembalikan kehidupannya yang sempat
terpuruk akibat masa lalu yang sangat tidak mengenakkan. Mulai dari pemutusan hubungan
dengan tunangannya : Jordan Cartwright, yang didapati berselingkuh dengan Tania
Trace ( yang kemudian menggantikan posisi Heather sebagai calon idola baru ),
pemutusan kontrak sepihak dari produser musiknya ( yang kebetulan ayah Jordan …
), ayahnya dipenjara dan ibunya setelah mengetahui bahwa Heather diputus kontraknya, melarikan diri bersama manager Heather ke Buenos Aires, membawa
semua uang simpanan hasil kerja Heather.
Bak terpeleset, lalu tertimpa batu
kemudian tersandung … maka Heather yang seorang diri, tak punya uang, tak punya
pengalaman kerja ( selain jadi penyanyi idola ), tak punya tempat bernaung …
tak tahu harus bagaimana menyikapi kondisi yang ada dihadapannya, kecuali
melahap apa pun yang bisa dimakan hingga ukuran tubuhnya membengkak menjadi
nomor 12. Hingga datang
uluran tangan dari sahabat baik : Copper, yang menawarkan sebagian dari
apartemen yang ditinggalinya, dan menguatkan dirinya untuk bangkit memulai
hidup baru. Yang jadi sedikit masalah, Copper adalah kakak kandung Jordan,
meski ia telah lama keluar dari bisnis keluarganya dan memulai bisnis sendiri
: biro penyelidikkan alias detektif swasta.
Dan saat Heather mulai menyesuaikan
dengan irama kehidupan yang baru, terjadi serangkaian peristiwa aneh, satu
persatu siswi di asrama tempatnya bekerja sebagai asisten manager, ditemukan
tewas mengenaskan di atap lift. Penyelidikan dari kepolisian menyimpulkan,
mereka semua korban permainan ‘selancar lift’ yang banyak dilakukan secara
diam-diam oleh beberapa siswa. Tak ada yang mempertanyakan hal tersebut lebih
lanjut, kecuali Heather, yang merasakan keanehan pada kematian masing-masing
korban. Karena penasaran, Heather memutuskan melakukan penyelidikan seorang
diri, tanpa memperdulikan larangan Copper maupun pihak kepolisian. Heather yakin
pada intuisi-nya bahwa korban-korban tersebut memiliki keterkaitan tertentu
yang akan menunjukkan alasan dibalik tewasnya para siswi. Namun yang tidak ia
prediksi, ternyata si pelaku pembunuhan mulai ‘gerah’ dengan tingkah-laku
Heather yang mengendus-endus kesana kemari, dan ia memutuskan bahwa Heather akan
menjadi sasaran berikutnya sekaligus untuk membungkam Heather.
Best Regards,
* Hobby Buku
*
No comments:
Post a Comment