Judul Asli : IRINE SHILLING
Copyright © by Ginger Elyse Shelley
Penerbit Diva Press
Editor : Elis Widayanti
Cetakan I : Oktober 2012 ; 268 hlm
Rate : 3
Saat pertama kali melihat buku ini serta sinopsisnya
tentang detektif wanita di London, meski nama penulisnya tak begitu kukenal
(dugaanku ia merupakan penulis dari Eropa, sebagaimana penulis Stieg Larsson
yang tak terduga menghasilkan trilogi Blomvist dan Lasander yang terkenal).
Namun setelah memulai membaca kisah pertama, sebuah kecurigaan mulai muncul.
Ditulis dengan gaya cerita pendek seperti koleksi kasus Sherlock Holmes karya
Sir Arthur Conan Doyle, ide serta tema yang disajikan sangat menarik untuk
disimak. Akan tetapi berbagai kejanggalan yang cukup mengganggu kenyamanan
diriku dalam menikmati bacaan ini.
Terutama dalam padanan kata serta kalimat percakapan yang
campur-aduk dengan istilah asing (bahasa Inggris untuk istilah medis serta
forensik) dengan gaya bahasa gaul yang biasa terdapat dalam novel ABG karya
asli (bukan terjemahan). Ada dua kemungkinan, bahwa jika ini benar hasil
terjemahan, maka sungguh sangat disayangkan hasilnya tidak memadai, atau ini
adalah karya asli yang ditulis dengan nama pena (nama samaran yang seolah-olah
merupakan penulis asing). Melihat bahwa data alih bahasa tidak tercantum di
dalamnya, maka dugaanku adalah pilihan no. 2, ini adalah karya asli.
Secara garis besar, kisah ini menggambarkan wanita
misterius bernama Irine Shilling yang dikenal sebagai detektif wanita handal
yang mampu memecahkan berbagai kasus yang tak dapat dipecahkan oleh pihak
kepolisian. Karakter Irine Shilling ini cukup unik karena ia tak memiliki ijin
resmi sebagai detektif, justru berprofesi sebagai ‘wanita penghibur’ dengan
nama panggilan Mary Kettle. Karakter Irine menjadi pembicaraan di kota London,
dan menarik minat pria bernama Raphael Kingston – seorang dokter di bidang
hepatolog, berusia 32 tahun, cukup menarik dan putra tunggal keluarga kaya di
London, Inggris. Pertemuan mereka berdua dimulai pada kasus pertama, saat Mr.
Christopher Stain - pengusaha kaya raya
sekaligus calon mertua Raphael, tewas secara aneh di kediamannya, tersengat
lebah di dalam ruang tamu ketika sedang berjumpa dengan keluarga Kingston.
Dalam sekejab mata, Irine yang berada di tempat tersebut,
menyamar sebagai salah satu pelayan, memberitahukan bahwa hal tersebut bukan
kecelakaan biasa, melainkan pembunuhan terencana. Raphael yang juga tertarik
dalam mendalami bidang penyelidikan, menemukan bukan saja Irine Shilling sangat
piawai dalam mengungkap pemecahan kasus tersebut, ia juga menarik karena kesan
misterius yang ada pada dirinya, meski sering kali justru Raphael ‘tersinggung’
oleh kekasaran serta ketidak-sopanan yang dilakukan oleh seorang wanita
(digambarkan bahwa sebagai wanita terhormat maka ada beberapa hal yang harus
dilakukan dalam pergaulan sosial).
Kemudian pertemuan demi pertemuan, yang tidak disengaja
maupun disengaja, keduanya terlibat dalam penyelidikan atas pembunuhan seorang
pria tua bernama Mr. Robert Lee di sebuah restoran Cina, yang mendadak tersedak
kemudian tewas ketika sedang menyantap hidangan mie. Disusul dengan kematian
aneh rekanan Irine Shilling sebagai Mary Kettle, seorang wanita penghibur
bernama Nina Gardener, yang tampaknya dirampok dan ‘tercekik’ sesuatu hingga
tewas. Dan kematian tragis Kelsey Torchinovich – gadis cantik, menawan, sahabat
Raphael, saat mereka menghadiri jamuan khusus para dokter muda. Gadis ini tewas
akibat serangan asma akut yang merupakan kasus alergi yang belum dapat
dipulihkan secara total, hanya pencegahan secara rutin. Namun Irine dan Raphael
menemukan bahwa ia tewas karena diracun.
Dan menjelang akhir, sebuah kisah yang akan menguak siapa
sebenarnya Irine Shilling atau Mary Kettle dan bagaimana latar belakang
kehidupan masa lalunya yang tersimpan rapat-rapat, tanpa satu pun kenalannya
mengetahui lebih lanjut. Hanya satu orang yang tertarik untuk menggali lebih
dalam, ia adalah Raphael Kingston yang telah tertarik sangat dalam pada sosok
wanita ini. Dan kini ia harus berusaha keras menggali masa silam yang sengaja
disembunyikan olah wanita itu, karena ia lenyap tanpa jejak selama beberapa
hari, sebuah kemungkinan terburuk membayang di benak Raphael ...
Nah, kisah ini benar-benar akan menjadi sebuah yang lebih
bagus seandainya saja penulis mampu menyajikan setiap kasus dengan realita
sebenarnya dan bukannya membuat sosok Irine Shilling begitu dramatis, mampu
memecahkan kasus hanya dengan ‘melihat-lihat’ sebentar tempat kejadian perkara.
Meski kemudian terbukti ia adalah wanita jenius yang lulus dalam usia sangat
muda, namun tidak dapat dibenarkan analisis data yang lumayan mentah, disajikan
sebagai bukti untuk menangkap tersangka. Jika ada sosok Sherlock Holmes di
bagian ini, mungkin justru karakter Watson yang emosional dan jarang
menggunakan logika serta nalar, yang justru sering tampil dalam karakter tokoh
utama.
Sosok Raphael sendiri tak terlalu menarik justru sedikit
aneh, bayangkan, sosok pria di usia 30 tahun lebih, masih tinggal dengan kedua
orang tuanya meski sudah memiliki praktek sendiri. Serta nama panggilan “Fae”
(singkatan dari Raphael) sungguh sangat kekanak-kanakan (dan pada beberapa
percakapan, karakter si Fae terkadang bertindak ala ‘gentleman’ namun acap kali
digambarkan bagai anak ABG yang sedang merajuk). Jika nuansa serta latar
belakang London Kuno, mewarnai proses penyelidikan kasus-kasus ini, anehnya
muncul nama Simon Cowell (sosok yang terkenal sebagai juri British Got Talent
hingga American Idol) atau adanya penduduk London, Inggris yang sangat
menggemari America’s Next Top Model (sebuah reality-show yang di-host oleh Tyra
Banks), well, hello ... in British there’s British’s Next Top Model a very hugh
and successfull reality-show, not America’s Next Top Model (-__-)
Jangan salah sangka bahwa diriku menjadikan ini sebagai
sasaran cemoohan, justru karena diriku mendapati bahwa ini adalah sebuah proyek
penulisan yang ‘seharusnya’ bisa jauh lebih bagus, maka diriku menjadi jauh
lebih cerewet dalam mengupas pembahasan kisah ini. Jika sedari awal kisah ini
merupakan kisah ‘jelek dan tidak layak baca’ maka tak akan pernah kusinggung
hingga sepanjang ini dalam sebuah review, hanya sebuah bintang satu atau dua
kusematkan dalam rating. Seandainya sang penulis yang tak diketahui nama
aslinya ini, akan menulis kisah serupa seperti ini di kemudian hari, semoga bisa melakukan riset serta penelitian lebih dalam, apalagi jika sudah ‘berani’ menggunakan
dasar serta tema penyelidikan atas dasar pengetahuan hukum serta forensik.
Karena jika hanya ditampilkan ala kadarnya, bak sebuah
tempelan belaka, maka tiada bedanya dengan sebuah cerita pendek yang
benar-benar sangat pendek hingga tak mampu memberikan kepuasan tersendiri bagi
pembacanya. Sebagai riset, Sir Arthur Conan Doyle mampu menyajikan
‘short-stories’ yang menarik tanpa terlalu banyak ‘bumbu’ di dalamnya. Atau
jika serius menulis sebuah novel tentang analisa serta peran psikologis (yeah,
ada topik soal traumatic illness dan alter ego juga disinggung di sini), coba
riset melalui karya Agatha Christie yang cukup dalam membahas tema-tema seperti
ini. Semoga kelak jauh lebih baik, karena kulihat ide awal sudah sangat bagus, hanya
berhati-hatilah dalam mengolah sebuah kisah. Para penulis ternama juga banyak
yang mengalami kesulitan serta dilema dalam menuangkan berbagai ide yang
terlalu banyak di dalam benak guna menjadi sebuah kisah yang layak disajikan
bagi para pembaca serta pencinta misteri tentunya. For the stories I’ll give 2
star, but just for the idea behind it, I’ll give 3 star, really good indeed.
[ more about the author and related works, just check at here : Official Tumblr of GES ]
Best Regards,
* Hobby Buku *
ini novel diva press yg keren menurut saya, ceritanya ttg detektif2 gitu kan? tp gak terlalu dewasa bgt, irin shilling juga cerdas
ReplyDeleteDi toko buku masih ada gak ya? Saya nyari di toko buku online tapi nggak ketemu :(
ReplyDeletemsh ada th geng dgramedia
ReplyDeletememang cukup membingungkan novel ini terjemahan atau asli indonesia dengan nama pena GES. soalnya novel ini pun susah dicari versi asli inggrisnya, dan banyak terjemahannya yang terlalu nampak cabe2an sekali :D
ReplyDeleteini novel asli indonesia, kok. bukan terjemahan. mungkin penulisnya aja yang mau dimirip2in kayak novel yang diterjemahin. nama asli penulisnya: Ziggy Zezsyazeoviennazabriskie, asal Lampung.
ReplyDelete