Judul Asli : THE
LODGER
Copyright © by Marie Belloc Lowndes
Penerbit PT. Tangga Pustaka
Alih Bahasa : Nadia Andryani
Editor : Andiek Kurniawan
Desain cover : githanoo
Cetakan I : Maret 2013 ; 414 hlm
Rate : 3 of 5
Robert dan Ellen Bunting adalah pasangan suami-istri yang
mengalami perubahan ekonomi dalam kehidupan mereka akibat wabah ‘demam merah’
yang melanda wilayah Inggris pada waktu itu. Ditambah dengan kedatangan ribuan
imigran asing, kota London sebagai pusat kehidupan masyarakat Inggris mengalami
‘kejatuhan’ – dimana kalangan atas semakin kaya, kalangan menengah terpuruk dan
banyak yang jatuh dalam kemiskinan, sedangkan golongan terendah semakin
kesulitan dalam mencari nafkah untuk kebutuhan sehari-hari.
Robert adalah mantan kepala pelayan terkemuka, hingga
jasanya tak lagi dibutuhkan oleh para mantan majikannya. Dan menjelang usia
paruh baya, tiada kesempatan lagi baginya untuk mencari pekerjaan guna memenuhi
nafkah keluarganya. Ellen adalah pelayan keluarga terhormat, namun sebagaimana
Robert, kini tiada tempat yang membutuhkan jasanya. Mereka berdua terjebak
dalam kondisi tak mengenakkab, karena terbiasa hidup di dalam pergaulan
kalangan terhormat kelas atas, kini karena kemiskinan mereka harus hidup
bersama kaum miskin. Namun keberadaan serta tata cara kehidupan mereka tetap
berbeda dengan para pemabuk, pengangguran, kaum buruh dan penghuni jalanan.
[ source ] |
Kehidupan tanpa dana sepeser pun nyaris mencekik
keduanya, ditambah dengan hutang yang tak akan mampu mereka bayar, hingga tanpa
diduga muncul sosok tamu tak diundang yang akan merubah nasib mereka. Seorang
pria bernama Tuan Sleuth datang menjelang malam untuk menjadi penyewa kamar di
kediaman keluarga Bunting. Pria aneh ini bahkan bersedia membayar ongkos sewa
untuk dua buah kamar dengan biaya yang mampu membuat keluarga Bunting kembali
bernafas lega. Kegembiraan serta rasa syukur memenuhi benak Robert dan Ellen.
Mereka tak khawatir dengan tamu pertama mereka, karena Tuan Sleuth tampak
merupakan pria dari kalangan terhormat.
Dalam beberapa hari kemudian, sebuah kehidupan baru
berjalan di kediaman keluarga Bunting. Tuan Sleuth – sang penyewa yang cukup
murah hati, ternyata juga memiliki sifa eksentrik. Ia hanya bersedia dilayani
oleh Ellen, tak suka bersosialisasi, sepanjang hari dihabiskan di dalam
kamarnya untuk membaca Alkitab. Ia menolak makanan yang berasal dari daging,
dengan perkecualian ayam, dan meminta agar tidak diganggu dengan alasan apa pun
karena menyukai ketenangan dan privasi. Namun Ellen kemudian mendapati pria ini
suka keluar secara diam-diam selepas tengah malam dan baru kembali menjelang
subuh. Hal ini tidak akan terlalu mengganggu pikiran Ellen jika saja tidak
disertai kemunculan peristiwa aneh yang melanda kota London di saat yang
bersamaan.
[ source ] |
Serangkaian pembunuhan aneh terjadi, korbannya para
wanita yang memiliki latar belakang pemabuk, pelacur atau wanita jalanan.
Korban bukan saja dibunuh tetapi dimulasi dan organ-organnya sebagian hilang.
Pihak kepolisian sudah berusaha menangkap sang tersangka, namun tiada satu pun
petunjuk jelas mampu mengungkap siapa sebenarnya sang pembunuh. Mereka bahkan
tidak akan menghubungkan pembunuhan satu dengan lainnya, seandainya saja tidak
ada tanda pengenal berupa sepucuk kartu nama bertuliskan ‘Si Penuntut Balas’
yang ditinggalkan pada setiap korbannya.
Meskipun kisah ini memiliki latar belakang pembunuhan
yang brutal, namun tak sedikit pun deskripsi ataupun detail tentang peristiwa
bahkan sang pembunuh akan terungkap dalam kisah ini. Sang penulis yang
tampaknya terinspirasi dari kisah nyata yang terjadi di London pada pertengahan
abad ke-19, ketika gelombang imigran Irlandia melanda Inggris, memenuhi
populasi kota-kota besar termasuk wilayah East End, London yang merubah wilayah
itu menjadi kawasan kumuh serta rawan kejahatan. Dimulai dari tanggal 3 April
1888 hingga 13 Februari 1891 ketika ditemukan 11 orang korban pembunuhan serta
mutilasi yang menggemparkan dunia.
~ 2009 Movies Adaptation ~[ source ] |
Para korban adalah wanita tuna-susila atau wanita jalanan,
yang memenuhi sepanjang kawasan Whitechapel. Pihak New Scotland Yard (Markas
Kepolisian Metropolitan London) telah melakukan pendataan hingga Oktober 1888
terdapat sekitar 1.200 wanita tuna-susila dan 62 rumah bordil hanya di wilayah
Whitechapel, belum lagi di kawasan lainnya. Kemiskinan, , kriminalitas,
rasisme, kerusuhan sosial merupakan agenda sehari-hari, dan Whitecapel
merupakan pusat dari contoh kebobrokan yang sedang terjadi. Banyaknya serangan
yang terjadi terutama pada kaum wanita, menjadi sumber ketidak-pastian
kebenaran dari jumlah korban sosok pembunuh yang kemudian dikenal sebagai
‘Jack-The-Ripper’ ; namun dari 11 korban yang ditemukan, 5 orang korban
memiliki hal yang sama yang dikenal sebagai ‘lima kanonik’ yang merupakan ciri
khas perbuatan ‘Jack-The-Ripper’. Mereka
memiliki garis luka miring di tenggoroka, dimutilasi di bagian perut dan
daerah kelamin, pengambilan organ dalam serta mutilasi wajah.
Dengan membuat gaya penuturan semacam jurnal pribadi atas
pemikiran sosok Robert dan Ellen Bunting, pembaca akan digiring menuju
perjalanan yang menakutkan sekaligus mencekam, ketika sebuah kesadaran
menyeruak di dalam benak para tokoh ini, akan kenyataan serta rahasia yang
berlangsung di kediaman mereka. Dikombinasi sosok Joe Chandler – pemuda yang
memiliki antusias tinggi serta tertarik pada putri Robert, Daisy, sekaligus
fakta bahwa Joe adalah salah satu pihak berwajib yang menelusuri jejak sang
pembunuh, tak pelak ketegangan sedikit demi sedikit dibangun hingga menjelang
akhir kisahnya. Sebuah drama suspense yang melibat unsur psikologis serta
permainan mental yang akan menjungkir-balikan para penggemar misteri.
[ more about the author, books and related adaptations,
check on here : Marie Belloc Lowndes | Project Gutenberg | All Adaptations | Movies Adaptation ( 2009 ) ]
Best Regards,
* Hobby Buku *
wah kayaknya ceritanya seru.. banggeeeeet... :-)
ReplyDeleteSalam kenal ya...
silahkan saya undang mampir juga ke blog saya, agan2 sekalian :-)
minta komentarnya heheehee
http://uliearieph.blogspot.com/2013/04/spesial-kebaikan-dari-marina-uv-white.html