Book ”SHERLOCK HOLMES vs KAPTEN KIDD : MISTERI KAPAL HOUSE-BOAT”
Judul Asli : THE PURSUIT OF THE HOUSE-BOAT
Copyright © by John Kendrick Bangs
Penerbit Visimedia
Alih Bahasa : Istiani Prajoko
Editor : Muthia Esfand
Desain Sampul : Nuruli Khotimah
Cetakan I : Maret 2013 ; 230 hlm
Rate : 2,5 of 5
Siapa yang tak kenal dengan sosok Sherlock Holmes,
Monsier Lecoq dan Hawkshaw, para detektif ternama di kalangan penggemar kisah
misteri. Dan tentunya nama-nama Hamlet, Shylock, Robinson Crusoe, Count of
Monte Cristo, Ophelia, serta Portia juga dikenal oleh penggemar sastra dan
drama klasik. Bagaimana jika mereka semua bertemu dalam satu kisah yang juga
melibatkan Sir Walter Raleigh, Ratu Elizabeth I, William Shakespeare, Napoleon
Bonaparte, Cicero, Julius Caesar, Socrates, Mozart, Columbus, Captain Kidd
hingga Ophelia dan Nabi Nuh ? Rangkaian daftar nama yang cukup panjang dijamin
membuat rasa penasaran yang kian lama semakin memuncak, karena sebuah
petualangan serta misteri aneh telah melibatkan para karakter ini.
Dimulai dengan adegan di dunia lain, dimana para ‘hantu’
tokoh ternama dunia saling berkumpul dan bercengkerama menghabiskan waktu
senggang mereka. Setelah menjalani masa kematian, tentunya mereka juga harus
mencari kegiatan guna mengisi waktu luang mereka di dunia yang berbeda. Karena
kisah ini merupakan perkumpulan para ‘hantu’ yang berasal dari dunia manusia di
abad 15 – 17, maka tak pelak mereka mampu menemukan kesamaan meski dari negara
dan bangsa yang berbeda-beda. Kaum pria memiliki kegemaran tersendiri dan kaum
wanita memiliki perkumpulan sendiri. Namun acapkali mereka melakukan kegiatan
bersama, seperti menikmati pesiar dengan kapal khusus yang cukup mewah bernama
House-Boat.
[ source ] |
Tanpa diduga, suatu hari di saat kaum pria sedang sibuk
dengan kegiatan di daratan, kapal House-Boat dilarikan oleh Kapten Kidd dan
kawanan perompaknya. Celakanya, di dalam kapal ternyata sedang berkumpul kaum
wanita menikmati masa-masa tenang mereka, jauh dari pasangan dan suami
masing-masing. Usaha perampokan berubah menjadi penculikkan. Jika Bonaparte memikirkan
istrinya Marie Louise, sebagaimana Bassanio mengkhawatirkan Portia kekasihnya,
tidak demikian dengan Socrates yang lebih bahagia tanpa kehadiran Xanthippe,
istrinya, kaum pria sepakat mereka harus mengejar dan merebut kembali kapal
serta menyelamatkan kaum wanita. Di tengah perdebatan sengit saat hendak
mengambil keputusan langkah apa yang paling tepat harus dilakukan, muncul sosok
pria aneh yang bersedia ‘menunjukkan’ jalan keluar serta ‘memimpin’ pencarian
kapal House-Boat.
Pria yang cukup aneh tetapi akhirnya mampu memukau kaum
pria atas berbagai analisis serta metode pemikirannya, tidak lain adalah
Sherlock Holmes yang ‘tewas’ terbunuh akibat perbuatan sang penciptanya, Sir
Arthur Conan Doyle. Permasalahannya, Sherlock tidak puas dengan keputusan sang
pencipta, karena ia merasa masih banyak yang bisa ia lakukan mengandalkan
otaknya yang tak pernah berhenti berpikir. Kini ia bukan hanya duduk berdiam
diri memutar otak guna memecahkan persoalan, tetapi juga harus proaktif serta
melakukan organisasi besar-besaran dalam memimpin pasukan kaum pria yang
memiliki pemikiran serta kemaun sendiri-sendiri. Jika semasa ‘kehidupannya’ di
dunia manusia, Sherlock selalu mampu menemukan jawaban dan berhasil memecahkan
aneka permasalahan, bisakah ia melakukan hal yang sama di dunia ‘hantu’ yang
cukup unik ini ?
[ source ] |
Harus diakui semenjak halaman awal, daya tarik kisah ini
mampu membuatku penasaran sekaligus tersenyum simpul hingga terbahak-bahak
membaca ‘kelakuan’ para tokoh ternama serta karakter-karakter yang sudah banyak
dikenal di dunia literasi. Aneka humor berupa parodi serta sindiran serta
satire disertai anekdot mampu memicu imaginasi yang tak pelak membuat suasana
yang sama sekali berbeda dalam menikmati perjalanan kisah petualangan yang
lumayan ajaib. Meski ada sebagian besar humor tak bisa dinikmati dalam edisi
‘terjemahan’ ini, bukan karena hasil terjemahan tidak bagus, melainkan
konteksnya kurang mengena jika diterjemahkan, tak mengurangi kenikmatan secara
keseluruhan. Dapat kubayangkan alangkah lucunya jika membaca dalam edisi
aslinya, bagaimana para karakter saling mengejek dan menyindir satu sama lain,
terutama saat ego dan kelemahan masing-masing mulai terpapar.
Satu-satunya yang kurasakan kurang, kualitas dari
kisahnya, karena pada akhirnya, tiada kesan lebih yang kudapat setelah selesai
membacanya. Terhibur, jelas sekali, dengan adanya para pelaku yang memiliki
kualitas lumayan berat, tiada satupun yang cukup menonjol untuk disimak atau
memiliki peran yang berbobot. Entah apakah memang sang penulis hanya bertujuan
memberikan hiburan ringan semata atau memang kualitas penulisannya hanya sampai
disini. Ibarat sebuah permainan dengan bola, dimana bolanya bukan hanya satu
melainkan cukup banyak dan dibawa oleh banyak pemain, pada akhirnya hanya
sebuah keruwetan dan tampilan sekilas dari tokoh-tokoh ternama bak parade
kontes kecantikan belaka. Sungguh sayang, karena terus terang diriku
mengharapkan sesuatu yang lebih dari kisah ini. Dan untuk tampilan sampul edisi
terjemahan ini juga kurang menarik, mungkin dimaksudkan berkesan ‘retro’ atau
mendekati ‘renoir’ tetapi kurang mengena untuk koleksi bacaan klasik yang
menarik.
Tentang Penulis :
John Kendrick Bangs, lahir di Yonkers, New York pada
tanggal 27 Mei 1862 dari pasangan pengacara, Francis Nehemiah Bangs dan Frances
Amelia Bull. Beliau menyelesaikan pendidikan di Columbia University di bidang
studi ilmu politik, sekaligus mengambil kuliah di Clumbia Law School meskipun
tidak diselesaikan. Profesinya di bidang penulisan dimulai saat menjabat
sebagai editor di Columbia’s Literary Magazine, sembari menjadi kontributor di
sebuah majalah humor. Ia juga sempat menjadi Associate Editor di majalah Life
serta menulis banyak artikel serta puisi untuk majalah tersebut. Kariernya di
dunia media meningkat ketika ia pinadah ke Harper Group sebagai editor bagian
humor. Bangs akhirnya dikenal sebagai penulis fiksi humor yang menempati pangsa
pasar tersendiri bagi para pembacanya pada masa itu.
Beliau diakui sebagai pelopor genre alternatif bagi
penulisan fiksi yang kemudian dikenal sebagai genre ‘Bangsian Fantasy’ – sebuah
genre untuk fiksi fantasi yang mengambil tema kehidupan setelah kematian yang
seolaholah memiliki kisah petualangan tersendiri. Meskipun tema ‘hantu’ lebih
disukainya dalam penulisan karyanya, ia mampu menuturkannya dengan ciri khas
humor parodi serta satire yang mengundang rasa geli serta tawa para pembacanya.
Ia juga lebih suka mengambil tokoh-tokoh ternama yang dikenal oleh khalayak
umum sebagai karakter di dalam karyanya.
[ source ] |
Sepanjang hidupnya, Bangs telah menghasilkan lebih dari
20 karya yang sebagian besar bertemakan fiksi fantai serta komedi-parodi.
Persahabatannya dengan para penulis ternama pada masa itu, seperti Sir Arthur
Conan Doyle, Rudyard Kipling, William Dean Howells dan Mark Twain, membuatnya lebih
mudah untuk menciptakan karakter-karakter unik berdasarkan tokoh fiksi ternama
karya para sahabatnya, yang tak berkeberatan bahkan memberikan ijin untuk
pembuatan komedi parodi tersebut. Bangs meninggal pada tanaggal 21 Januari 1922
akibat kanker perut pada usia 59 tahun.
[ more about the author and his related works, check on here : John Kendrick Bangs | The Pursuit of the House-Boat ]
Best Regards,
* Hobby Buku *
No comments:
Post a Comment