Translate

Thursday, April 18, 2013

Books "SHERLOCK HOMES vs KAPTEN KIDD"



Book ”SHERLOCK HOLMES vs KAPTEN KIDD : MISTERI KAPAL HOUSE-BOAT”
Judul Asli : THE PURSUIT OF THE HOUSE-BOAT
Copyright © by John Kendrick Bangs
Penerbit Visimedia
Alih Bahasa : Istiani Prajoko
Editor : Muthia Esfand
Desain Sampul : Nuruli Khotimah
Cetakan I : Maret 2013 ; 230 hlm
Rate : 2,5 of 5
                      
Siapa yang tak kenal dengan sosok Sherlock Holmes, Monsier Lecoq dan Hawkshaw, para detektif ternama di kalangan penggemar kisah misteri. Dan tentunya nama-nama Hamlet, Shylock, Robinson Crusoe, Count of Monte Cristo, Ophelia, serta Portia juga dikenal oleh penggemar sastra dan drama klasik. Bagaimana jika mereka semua bertemu dalam satu kisah yang juga melibatkan Sir Walter Raleigh, Ratu Elizabeth I, William Shakespeare, Napoleon Bonaparte, Cicero, Julius Caesar, Socrates, Mozart, Columbus, Captain Kidd hingga Ophelia dan Nabi Nuh ? Rangkaian daftar nama yang cukup panjang dijamin membuat rasa penasaran yang kian lama semakin memuncak, karena sebuah petualangan serta misteri aneh telah melibatkan para karakter ini.

Dimulai dengan adegan di dunia lain, dimana para ‘hantu’ tokoh ternama dunia saling berkumpul dan bercengkerama menghabiskan waktu senggang mereka. Setelah menjalani masa kematian, tentunya mereka juga harus mencari kegiatan guna mengisi waktu luang mereka di dunia yang berbeda. Karena kisah ini merupakan perkumpulan para ‘hantu’ yang berasal dari dunia manusia di abad 15 – 17, maka tak pelak mereka mampu menemukan kesamaan meski dari negara dan bangsa yang berbeda-beda. Kaum pria memiliki kegemaran tersendiri dan kaum wanita memiliki perkumpulan sendiri. Namun acapkali mereka melakukan kegiatan bersama, seperti menikmati pesiar dengan kapal khusus yang cukup mewah bernama House-Boat. 


[ source ]
Tanpa diduga, suatu hari di saat kaum pria sedang sibuk dengan kegiatan di daratan, kapal House-Boat dilarikan oleh Kapten Kidd dan kawanan perompaknya. Celakanya, di dalam kapal ternyata sedang berkumpul kaum wanita menikmati masa-masa tenang mereka, jauh dari pasangan dan suami masing-masing. Usaha perampokan berubah menjadi penculikkan. Jika Bonaparte memikirkan istrinya Marie Louise, sebagaimana Bassanio mengkhawatirkan Portia kekasihnya, tidak demikian dengan Socrates yang lebih bahagia tanpa kehadiran Xanthippe, istrinya, kaum pria sepakat mereka harus mengejar dan merebut kembali kapal serta menyelamatkan kaum wanita. Di tengah perdebatan sengit saat hendak mengambil keputusan langkah apa yang paling tepat harus dilakukan, muncul sosok pria aneh yang bersedia ‘menunjukkan’ jalan keluar serta ‘memimpin’ pencarian kapal House-Boat. 

Pria yang cukup aneh tetapi akhirnya mampu memukau kaum pria atas berbagai analisis serta metode pemikirannya, tidak lain adalah Sherlock Holmes yang ‘tewas’ terbunuh akibat perbuatan sang penciptanya, Sir Arthur Conan Doyle. Permasalahannya, Sherlock tidak puas dengan keputusan sang pencipta, karena ia merasa masih banyak yang bisa ia lakukan mengandalkan otaknya yang tak pernah berhenti berpikir. Kini ia bukan hanya duduk berdiam diri memutar otak guna memecahkan persoalan, tetapi juga harus proaktif serta melakukan organisasi besar-besaran dalam memimpin pasukan kaum pria yang memiliki pemikiran serta kemaun sendiri-sendiri. Jika semasa ‘kehidupannya’ di dunia manusia, Sherlock selalu mampu menemukan jawaban dan berhasil memecahkan aneka permasalahan, bisakah ia melakukan hal yang sama di dunia ‘hantu’ yang cukup unik ini ?

[ source ]
Harus diakui semenjak halaman awal, daya tarik kisah ini mampu membuatku penasaran sekaligus tersenyum simpul hingga terbahak-bahak membaca ‘kelakuan’ para tokoh ternama serta karakter-karakter yang sudah banyak dikenal di dunia literasi. Aneka humor berupa parodi serta sindiran serta satire disertai anekdot mampu memicu imaginasi yang tak pelak membuat suasana yang sama sekali berbeda dalam menikmati perjalanan kisah petualangan yang lumayan ajaib. Meski ada sebagian besar humor tak bisa dinikmati dalam edisi ‘terjemahan’ ini, bukan karena hasil terjemahan tidak bagus, melainkan konteksnya kurang mengena jika diterjemahkan, tak mengurangi kenikmatan secara keseluruhan. Dapat kubayangkan alangkah lucunya jika membaca dalam edisi aslinya, bagaimana para karakter saling mengejek dan menyindir satu sama lain, terutama saat ego dan kelemahan masing-masing mulai terpapar. 

Satu-satunya yang kurasakan kurang, kualitas dari kisahnya, karena pada akhirnya, tiada kesan lebih yang kudapat setelah selesai membacanya. Terhibur, jelas sekali, dengan adanya para pelaku yang memiliki kualitas lumayan berat, tiada satupun yang cukup menonjol untuk disimak atau memiliki peran yang berbobot. Entah apakah memang sang penulis hanya bertujuan memberikan hiburan ringan semata atau memang kualitas penulisannya hanya sampai disini. Ibarat sebuah permainan dengan bola, dimana bolanya bukan hanya satu melainkan cukup banyak dan dibawa oleh banyak pemain, pada akhirnya hanya sebuah keruwetan dan tampilan sekilas dari tokoh-tokoh ternama bak parade kontes kecantikan belaka. Sungguh sayang, karena terus terang diriku mengharapkan sesuatu yang lebih dari kisah ini. Dan untuk tampilan sampul edisi terjemahan ini juga kurang menarik, mungkin dimaksudkan berkesan ‘retro’ atau mendekati ‘renoir’ tetapi kurang mengena untuk koleksi bacaan klasik yang menarik.

Tentang Penulis :
John Kendrick Bangs, lahir di Yonkers, New York pada tanggal 27 Mei 1862 dari pasangan pengacara, Francis Nehemiah Bangs dan Frances Amelia Bull. Beliau menyelesaikan pendidikan di Columbia University di bidang studi ilmu politik, sekaligus mengambil kuliah di Clumbia Law School meskipun tidak diselesaikan. Profesinya di bidang penulisan dimulai saat menjabat sebagai editor di Columbia’s Literary Magazine, sembari menjadi kontributor di sebuah majalah humor. Ia juga sempat menjadi Associate Editor di majalah Life serta menulis banyak artikel serta puisi untuk majalah tersebut. Kariernya di dunia media meningkat ketika ia pinadah ke Harper Group sebagai editor bagian humor. Bangs akhirnya dikenal sebagai penulis fiksi humor yang menempati pangsa pasar tersendiri bagi para pembacanya pada masa itu.

Beliau diakui sebagai pelopor genre alternatif bagi penulisan fiksi yang kemudian dikenal sebagai genre ‘Bangsian Fantasy’ – sebuah genre untuk fiksi fantasi yang mengambil tema kehidupan setelah kematian yang seolaholah memiliki kisah petualangan tersendiri. Meskipun tema ‘hantu’ lebih disukainya dalam penulisan karyanya, ia mampu menuturkannya dengan ciri khas humor parodi serta satire yang mengundang rasa geli serta tawa para pembacanya. Ia juga lebih suka mengambil tokoh-tokoh ternama yang dikenal oleh khalayak umum sebagai karakter di dalam karyanya. 

[ source ]
Sepanjang hidupnya, Bangs telah menghasilkan lebih dari 20 karya yang sebagian besar bertemakan fiksi fantai serta komedi-parodi. Persahabatannya dengan para penulis ternama pada masa itu, seperti Sir Arthur Conan Doyle, Rudyard Kipling, William Dean Howells dan Mark Twain, membuatnya lebih mudah untuk menciptakan karakter-karakter unik berdasarkan tokoh fiksi ternama karya para sahabatnya, yang tak berkeberatan bahkan memberikan ijin untuk pembuatan komedi parodi tersebut. Bangs meninggal pada tanaggal 21 Januari 1922 akibat kanker perut pada usia 59 tahun.

[ more about the author and his related works, check on here : John Kendrick Bangs | The Pursuit of the House-Boat  ]

Best Regards,
* Hobby Buku * 

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...