Judul Asli : KATARSIS
Penulis : Anastasia Aemilia
Penerbit Gramedia Pustaka Utama
Editor : Hetih Rusli
Desain & Ilustrasi sampul : Staven Andersen
Cetakan I : April 2013 ; 264 hlm
Rate : 4 of 5
“Rasa sakit itu ada untuk melindungi dan mengajarimu banyak hal.” [ Katarsis | p. 183 ]
Pernahkah Anda berpikir darimana asalnya para pelaku kejahatan muncul ?
Bukankah semua manusia lahir ke dunia sebagai sosok bayi tak berdosa ? Lalu
mengapa dalam perjalanan kehidupan masing-masing, ada yang menjadi sosok baik
dan terhormat, namun ada pula yang terjerumus dalam dunia hitam nan kelam
hingga merubahnya menjadi sosok tidak manusiawi ? Apakah lingkungan sekitar
turut berperan dalam merubah karakter serta kepribadian seseorang ?
Kisah ini menyajikan sebuah drama kehidupan manusia yang sedikit berbeda.
Dibuka dengan adegan pembunuhan brutal pada sebuah keluarga ternama, dengan
menyisakan dua sosok manusia yang bertahan hidup setelah mengalami siksaan
fisik sekaligus mental. Yang satu adalah sosok pria, sang kepala keluarga, yang
tercabik-cabik dan nyaris tak terselamatkan. Yang satunya adalah gadis remaja
berusia 18 tahun, terkurung dan disekap
dalam sebuah kotak perkakas kayu selama berhari-hari sebelum ia diselamatkan.
Sang pelaku kejahatan segera ditangkap, namun bukti nyata yang mendukung pihak
berwajib untuk menjatuhkan vonis berat, yaitu kesaksian para korban yang
selamat, tak dapat dilakukan. Yang satu tak sadarkan diri selama beberapa
waktu, kemudian menghilang tanpa jejak ketika akhirnya tersadarkan. Dan sang
gadis remaja, dalam keadaan shock berat hingga tak mampu berkomunikasi dengan
siapa pun.
Gadis yang bernama Tara Johandi, pulih secara fisik, namun dari segi
kejiwaan ia dikhawatirkan memiliki trauma berat hingga ditangani khusus oleh
seorang psikiater muda bernama Alfons. Tiada yang mengetahui apa yang ada di
dalam benak gadis itu, karena itu hanya dirinya yang mengetahui kebenaran di
balik semua kisah perjalanan hidupnya yang penuh dengan lubang-lubang kelam.
Tara Johandi tidak seperti apa yang nampak
pada tampilan luar. Masyarakat melihatnya sebagai korban yang
terselamatkan, namun benarkah ia sekedar korban kejahatan biasa ? Para pelaku
yang melalukan serangkaian perampokan di kediaman rumah-rumah mewah, mengapa melakukan pengecualian di kediaman
kelaurga Johandi, mengapa mereka menghabisi seluruh penghuni dengan cara
mengerikan ?
“Manusia tak mungkin hidup tanpa teror, kan ? Bahkan alam diciptakan untuk meneror. Hujan deras, petir menggelegar, angin kencang, semua itu membuatmu merunduk, bersembunyi di tempat teduh, memeluk tubuhmu sendiri dan gemetaran. Itu semua baru permulaan.” [ Katarsis | p. 177 ]
Teror merupakan perwujudan dari rasa takut serta ketidak-percayaan
terhadap diri sendiri. Namun bagaimana jika teror tersebut terjadi secara terus
menerus, dibangun sedemikian rupa hingga membentuk perkembangan karakter yang
unik sekaligus menakutkan ? Tema kejahatan acapkali muncul dalam berbagai karya
misteri, namun kali ini sang penulis yang melakukan debut awal dalam dunia
penulisan, memberikan suatu pemikiran yang berbeda. Jika pelaku kejahatan
sering muncul karena lingkungan kehidupan yang dijalaninya, bagaimana jika sang
pelaku terlahir dengan ‘otak-kejahatan’ yang menyatu dengan denyut-nadinya ?
Dalam ilmu genetika, dikenal adanya manusia-manusia langka yang terlahir dengan
kromosom menyimpang, yang mampu menjadikan dirinya berkembang menjadi sosok
‘psikopat’ atau manusia tanpa rasa peri-kemanusiaan, kesadaran akan kebaikan,
hanya memiliki aneka pemikiran untuk menyakiti dan menghabisi makhluk hidup
lain.
Pembaca akan dipandu memasuki labirin pikiran para karakter dalam kisah
ini, guna menyimpulkan apa dan bagaimana jalannya kisahnya ini, sejauh mana
kebenaran akan terungkap tanpa adanya saksi penting kecuali pengetahuan dan
pemahaman akan diri sendiri. Kisah yang merupakan perpaduan antara suspense
serta drama psikologis ini akan membuat Anda tercekam, mau tak mau ikut
terseret dalam dunia kelam dalam benak manusia-manusia ‘sakit’ yang memiliki
cacat serta kelebihan semenjak lahir. Tanpa membuat batasan yang jelas antara
hitam dan putih, penulis memberikan kesempatan bagi pembaca untuk menentukan
sikap, dimana kita akan berpihak, karena tiada yang benar-benar baik karena
masing-masing memiliki kepentingan serta agenda tersendiri, dan tiada yang
benar-benar jahat karena memiliki alasan serta pembenaran akan perbagai
tindakan kejahatan yang mereka lakukan.
“Katarsis : dari kata Catharsis (Yunani) | sebuah metode psikologi (psikoterapi) yang berfungsi menghilangkan beban mental seseorang dengan menghilangkan ingatan traumatisnya, dengan metode membuat sang pelaku menceritakan semua pengalaman hidupnya.” | JS Badudu ; halaman 175 [ sumber : wikipedia ]
Sebagai penggemar kisah misteri dengan mengangkat tema kejahatan serta
analisis psikologis, karya pertama sang penulis Indonesia ini mampu dijadikan
contoh yang cukup bagus sekaligus menarik. Meski masih jauh dari novel sejenis
seperti karakter Hannibal Lecter karya Thomas Harris, atau karakter Carrie
dalam karya Stephen King, sang penulis patut diacungi jempol karena mampu
memberikan sentuhan tersendiri dalam kisah ini yang tak akan mudah dilupakan
begitu saja oleh pembaca. Seandainya saja penelusuran serta penggalian
karakter-karakter para pelaku dilakukan secara lebih dalam dan melalui porsi
yang lebih panjang, tak pelak kisah ini mampu menjadi sebuah serial misteri
yang patut diikuti lebih jauh. Jika Anda tak terbiasa membaca atau melihat
penggambaran dunia kelam melalui benak manusia, silahkan mencoba membaca karya
Edgar Allan Poe atau Charles Dickens yang juga terkenal mampu membuat
pembacanya ‘bergidik’ membaca kisah-kisah pendek yang mampu membangkitkan
bulu-kuduk. Akhirnya, kuselesaikan bacaan ini dengan kepuasan tersendiri dan
menantikan karya berikutnya dari sang penulis. Bravo !!! Dan nilai plus juga
kuberikan bagi sang ilustrator, Staven Andersen, yang juga memiliki keunikan
dalam setiap hasil karyanya, simak saja tampilan cover ‘Just So Stories’ karya
Rudyard Kipling, ‘Kisah-Kisah Tengah Malam’
karya Edgar Allan Poe serta ‘The Tokyo Zodiac Murders’ karya Soji
Shimada, dan simak desain cover ‘Katarsis’ yang cantik sekaligus menakutkan
(^_^)
Tentang Penulis :
Anastasia Aemilia lahir di Jakarta, 9 Januari 1987. Setelah lulus dari
S1 FKIP Bahasa Inggris Universitas Katolik Atmajaya Jakarta, ia bekerja sebagai
editor, penerjemah, dan pengarang di Gramedia Pustaka Utama. Bercita-cita hidup
nomaden, menjelajahi dunia, dan menjadi seorang travel writer, kini ia justru
banting setir menulis novel psychology thriller. Karyanya yang lain yang sudah
terbit merupakan cerpen dalan antologi Autumn Once More bersama para penulis
lainnya. Beliau juga dapat dihubungi melalui akun twitter-nya @aStyaemilia
Best Regards,
* Hobby Buku *
sungguhkah rattingya 4, saya harus segera mencarinya,.terima kasih atas rekomendasinya mba.. :D
ReplyDeleteKemarin jalan ke Gramed, iseng2 baca buku ini karena (katanya) rating bagus. Pas baca review disini, eh..malah makin penasaran.
ReplyDeleteOwh, katarsisnya tuh itu ya maksudnya. Menarik.
ReplyDelete