Judul Asli : AUGUSTE
DUPIN
Copyright © by Edgar Allan Poe
Penerbit Visimedia
Alih Bahasa : Istiani Prajoko
Editor : Muthia Esfand
Proofreader : Tim Readaksi Visimedia
Desain Cover : Nuruli Khotimah
Cetakan I : Desember 2012 ; 326 hlm
Rate : 3,5 of 5
Bagi penggemar kisah misteri ala detektif, maka nama yang
acapkali muncul adalah sosok Sherlock Holmes – detektif serba bisa yang dikenal
dengan metodenya yang unik, karya Sir Arthur Conan Doyle. Atau sosok Hercule Poirot
dengan sel-sel kelabunya karya sang Ratu Misteri Agatha Christie. Namun jauh
sebelum para karakter ini muncul dan dikenal oleh para pembaca setianya, Edgar
Allan Poe yang terkenal akan tulisannya yang berkesan ‘gelap dan penuh misteri’
telah melahirkan sosok yang merupakan cikal-bakal karakter detektif dalam
sejarah penulisan fiksi yang kemudian melahirkan genre baru dalam dunia
literatur misteri.
C. Auguste Dupin adalah salah satu karakter unik yang
memiliki daya tarik tersendiri dalam mempelajari sifat dasar manusia serta
mengamati berbagai kebiasaan mereka, yang menjadikan dirinya ‘aneh’ karena
mampu memberikan prediksi serta analisa yang mendekati ‘keakuratan’ akan suatu
kejadian yang telah terjadi dan yang akan terjadi. Hal ini merupakan ‘hawa-baru’
bukan hanya dalam dunia literasi melainkan juga sebuah prediksi yang menandai
akan metode analisa berdasarkan fakta dan logika dari latar belakang masalah
dan menarik kesimpulan serta argumentasi yang cukup kuat dalam dunia
kriminalitas dan usaha menegakkan keadilan serta hukum pada masa itu.
Dimulai dengan petualangan pertama, yaitu kasus
pembunuhan di kediaman di Rue Morgue, sebuah peristiwa yang mengejutkan para
saksi karena kasusnya yang cukup brutal serta misterius dimana sang pelaku
berhasil lolos tanpa jejak. Dua sosok mayat, ibu dan anak gadisnya, yang satu
dimasukan ke dalam cerobong asap, yang satu lagi dimutilasi secara mengerikan.
Yang paling aneh, peristiwa ini tampaknya terjadi di dalam ruangan tertutup
yang terkunci, dimana kuncinya masih melekat di lubang kuncinya. Disusul dengan
kisah kedua, tentang hilangnya seorang wanita yang kemudian muncul kembali dan
lenyap setelah beberapa tahun menjalani kehidupan yang tampak normal. Saat ia lenyap untuk yang kedua kalinya, para
penduduk menanti kemunculannya kembali, namun sosok mayat ditemukan yang
memastikan ia telah tewas terbunuh. Meski demikian misteri serta isu seputar
kasus ini tak menemui titik terang, justru bercampur-aduk dengan berbagai
pendapat yang berbeda di khalayak umum. Dan kisah ketiga yang tak kalah
menakjubkan, sebuah penyelidikan serta keberanian dalam menantang sosok
penjahat yang sangat pandai sekaligus licik, sehingga ia tak dapat ditangkap
bahkan dituduh atas kejahatan yang terang-terangan ia lakukan.
Membaca petualangan Dupin pertama kali sungguh merupakan
petualangan yang menyegarkan sekaligus sedikit aneh. Dalam ‘The Murders in the
Rue Morgue’ ide tentang pembunuhan yang dilakukan dalam ruang tertutup pertama
kali dimunculkan, sedangkan kamuflase berupa ‘red-herring’ atau jebakan yang
mengarahkan penyelidikan ke arah yang sebaliknya ditampilkan dengan menarik
dalam kasus ‘The Mystery of Mary Rogèt” yang ternyata diinspirasi dari kisah
nyata yang belum terungkap. Bahkan kisah ketiga “The Purloined Letter’ yang
juga masuk dalam daftar ‘1001 Books You Must Read Before You Die’ mewarnai
kisah misteri tentang adu ketangkasan serta permainan otak yang brilian antara
tokoh antagonis dan protagonis. Ketiga kisah ini menunjukkan sejauh mana Poe
telah menuangkan ide unik, menarik sekaligus menantang melalui sosok Dupin.
Sayangnya, diriku termasuk salah satu yang telah membaca
kisah petualangan Sherlock Holmes dan Hercule Poirot berkali-kali, hingga yang
muncul justru kilasan kasus-kasus mereka saat membaca penjabaran karakter Dupin
(yang menurut fakta telah muncul terlebih dahulu). Apakah ini berarti Sir
Arthur Conan Doyle ‘mengambil’ sepenuhnya ide Poe saat menciptakan sosok
Sherlock Holmes, bahkan cara penulisan dengan menggunakan pihak kedua, sosok
sahabat yang setia mendampingi serta menuliskan perjalanan petualangan sang
detektif ? Yang jelas Sherlock Holmes tampaknya lebih ‘men-dunia’ daripada
karakter Dupin, bisa jadi karena cara pengungkapan Poe yang sedikit
‘berputar-putar’ lebih sulit dinikmati daripada cara Doyle mengungkap
ke-eksentrikan Sherlock yang lugas dan tanpa ‘tedeng aling-aling’.
Terlepas dari judul buku yang merujuk pada sosok Auguste
Dupin, pembaca juga dapat menikmati ke-jeniusan sang penulis melalui karya
lainnya dalam kisah ‘The Gold-Bug’ yang akan mengajak kita berburu harta karun
dengan mencari petunjuk serta teka-teki yang mengasyikan hingga penggambaran
akan pikiran terdalam manusia dari sisi kelam yang merupakan ciri khas
penulisan Poe, lewat karyanya ‘The Facts In The Case of M. Valdemaar’ – kisah
pendek tentang kehidupan sekaligus kematian secara berdampingan, sangat menarik
sekaligus mencekam. Karya-karya Poe yang mayoritas merupakan cerita pendek
memiliki nuansa tersendiri yang tak akan mampu dilupakan begitu saja. Jika Anda
belum pernah mengenal karya beliau, maka buku ini merupakan awal yang baik
untuk memulai petualangan dalam dunia misteri yang kelam dan aneh, mencekam
sekaligus membuat rasa penasaran. Penggemar misteri harus mengenal karya klasik
penulis yang satu itu. Dijamin karya Poe mampu menimbulkan ‘bulu-kuduk’
meremang bahkan saat Anda membaca di siang hari (^_^) ... Are You Dare Enough
To Try ?
Tentang Penulis :
Edgar Allan Poe, terlahir dari pasangan aktor dan aktris
David Poe, Jr dan Elizabeth Arnold Hopkins Poe pada tanggal 19 Januari 1809
dengan nama Edgar Allan. Ia hidup sebatang kara semenjak masih kanak-kanak,
ketika sang ibu meninggal karena sakit dan sang ayah tak pernah dikenal karena
menelantarkan keluarganya. Poe kecil diasuh oleh pasangan suami istri John dan
Francess Allan, dan semenjak itulah Poe menambahkan nama Allan sebagai nama
tengah, meski ia tak pernah diadopsi secara resmi.
Poe sempat mengenyam pendidikan tinggi di Universitas of
Virginia jurusan bahasa, namun hanya bertahan satu semester karena kekurangan
biaya, karena hutang yang menumpuk melebihi jumlah uang saku yang selalu
dikirim oleh ayah angkatnya. Setelah keluar dari universitas, ia merasa tidak
nyaman untuk kembali ke kediaman orang tua angkatnya di Richmond, hingga ia
memutuskan untuk berkelana ke Boston. Pada bulan April 1827 ia mulai bekerja
sebaga klerek dan jurnalis surat kabar dengan nama alias Henri Le Rennet.
Untuk memperoleh pendapatan yang lebih stabil, Poe
mendaftar ke United States Army sebagai serdadu bernama Edgar A. Perry yang
berusia 20 tahun, padahal ia masih berusia 18 tahun saat itu. Tugas pertamanya
di Boston memberikan pemasukan sebesar lima dolar Amerika setiap bulan. Pada
tahun itu pula ia menerbitkan buku pertamanya, kumpulan puisi berjudul
“Tamerlane and Other Poems”, yang kurang mendapat respons dari publik. Poe
memulai karir di bidang penulisan di saat Amerika dalam kondisi yang belum
cukup kondusif bagi para penulis. Ia merupakan salah satu generasi awal penulis
Amerika yang mencoba bertahan hidup hanya dari honor menulis. Ketiadaan hukum
resmi yang menjamin masalah hak cipta secara nasioanl maupun internasional,
serta krisis perekonomian yang melanda Amerika, membuat para penerbit lebih
memilih melakukan ‘copy’ secara terang-terangan karya-karya penulis Inggris
daripada membayar hasil karya penulis Amerika.
[ more about the author and related works, check on here
: Edgar Allan Poe | Dupin ]
Best Regards,
* Hobby Buku *
No comments:
Post a Comment