Books “Empat Pemburu Harta”
Judul Asli : SHERLOCK HOLMES – THE SIGN OF FOUR
Copyright © by Sir Arthur Conan Doyle [ 1st publishes at 1890 ]
Penerbit Gramedia Pustaka Utama
Alih Bahasa : B. Sendra Tanuwidjaja
Cetakan ke-02
: Juli 2002
; 216 hlm
Desain Cover
by Dwi Koentoro Br.
Rate : 4 of 5
[ Re-blogged from HobbyBuku's Classic ]
Reviews :
Kesuksesan Sherlock Holmes dalam menangani berbagai kasus yang cukup
pelik dan tidak mudah dipecahkan oleh pihak berwajib, menyebabkan dirinya
terkenal sebagai konsultan untuk kasus-kasus aneh dan tampak tiada jawabannya.
Maka tidak mengherankan jika suatu hari, kediaman di Baker Street No. 221 B,
kedatangan seorang tamu yang mempunyai masalah aneh. Tamu tersebut seorang
wanita muda, cantik dan menarik, bernama Mary Morstan.
Peristiwa yang dikisahkan oleh wanita ini sungguh sangat aneh. Dimulai
saat kedatangan ayahnya Kapten Morstan – perwira Inggris yang ditempatkan di
resimen India, saat itu beliau mendapat cuti setahun dan pulang ke Inggris guna
menemui putri satu-satunya. Mereka berjanji bertemu di Hotel Langham, London,
namun saat Mary Morstan tiba di sana, ia hanya mendapati bahwa ayahnya sedang
keluar, tak diketahui kemana kepergiannya. Yang ia ketahui bahwa setelah
menunggu semalam tanpa kabar berita, polisi segera dilibatkan, namun sekali
lagi tanpa ada petunjuk satu pun kemana gerangan Kapten Morstan ... semua
pakaian dan perlengkapannya masih utuh berada di kamar hotelnya, tapi beliau
bak lenyap di udara. Beliau menghilang tepatnya tgl. 3 Desember 1878 – sekitar
sepuluh tahun yang lampau.
Keanehan yang terjadi menyusul saat beberapa tahun kemudian, tepatnya
tgl. 4 Mei 1882, sebuah iklan muncul di Times, meminta alamat Mary Morstan, dan
itu disusul dengan pengiriman paket mungil, berisi sebutir mutiara yang sangat
indah dan setelah dicek ternyata termasuk benda langka yang berharga mahal.
Semenjak itu setiap tahun pada tanggal yang sama, Mary Morstan mendapat kiriman
paket yang serupa, hingga kini ia memiliki enam butir mutiara yang tak
ternilai.
Hingga pada pagi itu, Mary Morstan menerima surat aneh, yang memintanya berkunjung ke
suatu tempat pertemuan dengan seseorang yang hendak mengungkapkan rahasia
menyangkut diri Mary Morstan. Ia diperbolehkan mengajak dua orang kepercayaan
untuk menemaninya, asalkan mereka bukan dari pihak kepolisian. Majikan Mary
Morstan – Mrs. Cecil Forrester, yang pernah terbantu oleh jasa Sherlock Holmes,
yang menyarankan agar Mary meminta bantuan kepadanya. Maka pada waktu yang
dijanjikan, Sherlock Holmes, Dr. Watson dan Miss Mary Morstan berangkat ke
tempat pertemuan yang ditentukan.
Sebelumnya Sherlock sempat mengadakan penyelidikan kecil menyangkut
menghilangnya Kapten Morstan. Satu-satunya petunjuk yang dapat ditelusuri
melalui Mayor Sholto – juga pensiunan dari resimen India yang tinggal di Upper
Norwood. Sebagai satu-satunya kenalan dari resimen yang sama, sudah sewajarnya
kedatangan Kapten Morstan ke London adalah untuk menemui Mayor Sholto, tapi
entah mengapa ia menyangkal pernah bertemu – bahkan mengaku tidak pernah
mengetahui keberadaan Kapten Morstan di Inggris. Empat tahun kemudian Mayor
Sholto meninggal dunia, dan tepat seminggu setelah kematiannya, Mary Morstan
menerima paket mutiara. Petunjuk lain
yang berhasil ditemukan oleh Mary hanyalah sepucuk surat yang berisi diagram
sebuah bangunan besar, dengan tulisan : The Sign of Four – Jonathan Small,
Mahomet Singh, Abdullah Khan, Dost Akbar, ditulis diatas secarik kertas
India.
Dan ketika akhirnya mereka bertiga bertemu dengan si pengirim surat yang
misterius, ia memperkenalkan diri sebagai Mr. Thaddeus Sholto, putra dari Mayor
John Sholto, dan ia menceritakan sebuah kisah yang membenarkan perkiraan
Sherlock Holmes dari hasil penyelidikan awalnya – terutama bahwa Mayor Sholto
memang memiliki hubungan khusus dengan Kapten Morstan, dan ia mengetahui apa yang
terjadi. Maka dimulailah sebuah kisah yang terjadi beberapa tahun lampau, saat
terjadi peperangan sengit antara bangsa Inggris sebagai penguasa di India dan
pemberontakan menuntut kebebasan oleh bangsa India. Sebuah kisah mengerikan
tentang kebencian, pembantaian, persengkongkolan, perampasan, dan pembunuhan
akibat keserakahan, yang berakibat pada dendam kesumat. Peristiwa yang
merenggut nyawa Kapten Morstan, Mayor
Sholto, serta putranya Bartholomew Sholto – saudara kembar Thaddeus, semuanya
mati dalam kondisi mengenaskan sekaligus mengerikan.
Kesan :
Buku ini merupakan kelanjutan dari petualangan sang detektif handal
Sherlock Holmes serta partner setianya, Dr. John Watson. Mereka berdua sudah
saling mengenali dan nyaman dengan pengaturan kehidupan sehari-hari. Dr. Watson
sudah mengalami pemulihan sehingga mampu menjalankan praktek pribadi, dan
Sherlock disibukkan dengan berbagai kasus aneh dan unik yang berdatangan,
meminta bantuan keahlian dan kemampuan analisanya yang terkenal, sehingga
orang-orang yang terbantu olehnya segera memberikan rekomendasi tinggi : Jika
Anda mendapat masalah yang tak terpecahkan, segera temui Sherlock Holmes !!
Kunjungan salah satu klien bernama Mary Morstan merupakan kasus unik yang
bisa dijadikan salah satu koleksi kasus-kasus Sherlock Holmes yang dikumpulkan
dengan rapi oleh Dr. Watson. Namun keunikan kasus ini bukan hanya karena
melibatkan unsur berbau mistis dan primitif, tapi lebih pada hubungan baru yang
akan terjalin antara Dr. Watson dan Miss Mary Morstan. Watson yang memang
berjiwa ‘romantis’ (sesuatu yang
sering menjadi bahan olokan Sherlock Holmes) segera mendapati dirinya tertarik
pada gadis muda yang membutuhkan pertolongan (sekali lagi gambaran menjadi
kesatria budiman yang menolong wanita cantik dalam kesulitan ... hanya dalam
bayangan Watson, dan Sherlock segera menolak mentah-mentah gagasan seperti itu haha
...)
“Benar-benar wanita yang menarik !” seru Watson. “Apa benar ?” kata Sherlock setengah melamun. “Aku tidak memperhatikan.” “Kau benar-benar seperti mesin – mesin yang penuh perhitungan,” seru Watson. Terkadang sifatmu sangat tidak manusiawi.” Holmes tersenyum lembut. “Sangat penting untuk tidak membiarkan penilaianmu dikacaukan oleh kualitas pribadi.” “Seorang klien bagiku sekedar sebuah unit, sebuah faktor dalam masalah. Kualitas emosional merupakan penghalang untuk bisa berpikir jernih. Percayalah, wanita paling menarik yang pernah kukenal ternyata digantung karena meracuni tiga anak kecil demi uang asuransi mereka, dan pria paling memuakkan yang pernah kukenal ternyata justru seorang dermawan yang menghabiskam hampir seperempat juta untuk kalangan miskin di London.” ( from “The Sign of Four” | p. 28 )
Sedikit berbeda dengan buku sebelumnya A Study In Scarlet – dimana pembaca dibawa bertanya-tanya hingga
menjelang ending, maka kisah ini sudah tampak secara jelas semenjak awal. Tapi
tidak menjadikan sebagai kisah yang membosankan, justru proses perburuan sang
tersangka yang cukup unik, ini sangat menegangkan, ibarat menonton film action
era Inggris tempo dulu ... adanya keterlibatan sosok dari pedalaman yang masih
dianggap primitif dan buas (ada catatan dari penerjemah bahwa gambaran tentang
suku asing dan primitif ini dianggap berlebihan, sebagaimana pandangan ‘stereotype’ bangsa Inggris pada jaman
itu terhadap bangsa-bangsa Asing), cukup menarik untuk disimak lebih lanjut.
Penulis juga berusaha memberikan gambaran tentang masing-masing karakter.
Sherlock Holmes lewat berbagai kutipan pikirannya menjadi sebuah sosok manusia
yang benar-benar menomer-satukan logika, ia tak mau repot meributkan masalah
perasaan, membuatnya seakan menjadi orang yang angkuh-dingin-tak-berperasaan,
namun sebenarnya hanya tidak mau pusing dengan hal-hal yang dianggapnya remeh.
Otaknya sudah cukup penuh dengan hal-hal yang lebih penting. Sedangkan Watson
justru kebalikan dari Sherlock, mungkin ini yang bisa membuatnya cocok satu
sama lain, dan bertahan dalam persahabatan unik sekian lamanya.
Tapi dalam kisah ini juga ditunjukkan saat-saat Watson merasa ‘lemah dan
tak berdaya’ – bukan masalah kekuatan fisik, tapi pemikiran bahwa wanita yang
dicintainya memiliki kekuatan dan kekuasaan lebih jika mewarisi harga kekayaan
yang sangat besar – harta yang menjadi rebutan sehingga menimbulkan banyak
korban. Well, mungkin pada dasarnya setiap pria terserang masalah ‘ego’ jika
menyangkut prinsip seperti ini (sesuatu yang sangat tidak sesuai dengan nalar
dan logika, dalam hal ini aku setuju dengan Sherlock Holmes, jangan tersinggung
wahai para pria ...haha).
Dan menutup kisah ini, ending yang bisa diduga tapi tetap menyenangkan
sekaligus menimbulkan rasa geli, saat Watson dengan gembira membawa kabar
penting bagi sahabatnya ...
“Aku khawatir ini penyelidikan terakhir di mana aku mendapat kesempatan untuk mempelajari metodemu. Miss Morstan sudah menerimaku sebagai calon suaminya.” Holmes mengerang. “sudah kutakutkan,” katanya. “Aku benar-benar tidak bisa memberimu selamat.” Watson tampak agak tersinggung. “Apa kau punya alasan untuk tidak menyetujui pilihanku ?” tanyanya. “Sama sekali tidak. Kurasa dia salah satu wanita muda paling menarik yang pernah kutemui, dan mungkin yang paling berguna dalam pekerjaan seperti yang kita lakukan. Dia memiliki kejeniusan dalam hal ini. Tapi cinta merupakan sesuatu yang emosional, dan apa pun yang emosional bertentangan dengan penjelasan sejati yang kuletakkan paling tinggi di atas semuanya. Aku sendiri tidak akan pernah menikah, kalau tidak ingin mengacaukan penilaianku.” ( from ‘The Sign of Four’ | p. 212 )
Oh, Sherlock, manusia jenius, unik, nyentrik dan berjiwa Bohemian, tak
ada yang ditakuti dalam hidupnya, kecuali satu, terikat dalam pernikahan ...
LOL
Tentang Penulis :
Sir Arthur Ignatius Conan Doyle, lahir pada tanggal 22 Mei 1859 dan wafat
karena sakit pada usia 71 tahun tanggal 7 Juli 1930. Beliau adalah penulis
fiksi terkenal dari Inggris, terutama berkat tokoh ciptaannya Sherlock Holmes –
detektif eksentrik dengan metode penyelidikan yang melampaui jamannya.
Doyle mendapat gelar dokter dari Universitas Edinburgh, dan membuka
praktek di Southsea, Inggris pada tahun 1882. Ia banyak menulis cerita, meski
beberapa tidak pernah dipublikasikan. Banyak yang menduga karakter Sherlock
lebih menyerupai dirinya, namun sebenarnya Doyle menciptakan tokoh Sherlock
Holmes pada tahun 1886, ini diilhami oleh sosok Dr. Joseph Bell – salah satu
dosen dan mentornya, seorang ahli bedah ternama dan ahli forensik pada masanya.
Nama Holmes diambil dari sosok Oliver Wendell Holmes yang sangat dikagumi oleh
ConanDoyle, dan atlet kriket Inggris terkenal bernama Sherlock.
Kisah pertama yang menampilkan karakter terkenal ini berjudul A Study in
Scarlet ( = diterbitkan versi terjemahan Indonesia dengan judul Penelusuran
Benang Merah ), diterima oleh publik dengan sangat baik. Tapi kepopuleran nama
Sherlock Holmes benar-benar dimulai pada tahun 1891, ketika beliau memutuskan
menulis serial petualangan detektif handal Sherlock Holmes bersama dengan
sahabatnya : Dr. Watson, dalam bentuk kompilasi cerita pendek.
Sherlock Holmes disebut sebagai detektif konsultan yang mengandalkan pada
kemampuan deduksi dan analisa dalam memecahkan berbagai kasus rumit yang
dihadapi pihak berwajib. Bersama pendamping sekaligus sahabat yang berperan
sebagai penulis kisah berbagai kasus yang ditangani oleh Sherlock, seorang
pensiunan dokter, Dr. John Watson, mereka tinggal bersama dan berbagai kamar di
wisma yang dikenal terletak di Baker Street No. 221 B semenjak tahun 1881
dengan seorang induk semang, wanita Skotlandia bernama Mrs. Hudson, hingga
Watson menikah dengan Mary Morstan pada tahun 1890.
Ketenaran nama Sherlock holmes menjadikannya sebuah karya klasik yang
tetap digemari dan dicari hingga kini. Terbukti dengan berbagai cetak ulang
yang tetap berlangsung hingga kini, bahkan karakternya dikembangkan menjadi
bukan saja berupa cerita pendek atau novel, tetapi juga berupa versi komik
manga, film layar lebar, serial televisi, bahkan versi vidieo games dan games
online.
Jika ingin mengetahui lebih lengkap tentang Sir Arthur Conan Doyle serta
Sherlock Holmes, silahkan kunjungi situs resminya : www.sherlockholmesonline.org atau untuk karya-karya tulis selengkapnya cek di
: www.classic-literature.co.uk/scottish-authors/arthur-conan-doyle/
Best Regards,
* Hobby Buku *
No comments:
Post a Comment