Translate

Monday, June 10, 2013

Books "THE SIGN OF FOUR"

Books “Empat Pemburu Harta
Judul Asli : SHERLOCK HOLMES – THE SIGN OF FOUR
Copyright © by Sir Arthur Conan Doyle [ 1st publishes at 1890 ]
Penerbit Gramedia Pustaka Utama
Alih Bahasa : B. Sendra Tanuwidjaja
Cetakan ke-02 : Juli 2002 ; 216 hlm
Desain Cover by Dwi Koentoro Br.  
Rate : 4 of 5
[ Re-blogged from HobbyBuku's Classic ]

Reviews :
Kesuksesan Sherlock Holmes dalam menangani berbagai kasus yang cukup pelik dan tidak mudah dipecahkan oleh pihak berwajib, menyebabkan dirinya terkenal sebagai konsultan untuk kasus-kasus aneh dan tampak tiada jawabannya. Maka tidak mengherankan jika suatu hari, kediaman di Baker Street No. 221 B, kedatangan seorang tamu yang mempunyai masalah aneh. Tamu tersebut seorang wanita muda, cantik dan menarik, bernama Mary Morstan.

Peristiwa yang dikisahkan oleh wanita ini sungguh sangat aneh. Dimulai saat kedatangan ayahnya Kapten Morstan – perwira Inggris yang ditempatkan di resimen India, saat itu beliau mendapat cuti setahun dan pulang ke Inggris guna menemui putri satu-satunya. Mereka berjanji bertemu di Hotel Langham, London, namun saat Mary Morstan tiba di sana, ia hanya mendapati bahwa ayahnya sedang keluar, tak diketahui kemana kepergiannya. Yang ia ketahui bahwa setelah menunggu semalam tanpa kabar berita, polisi segera dilibatkan, namun sekali lagi tanpa ada petunjuk satu pun kemana gerangan Kapten Morstan ... semua pakaian dan perlengkapannya masih utuh berada di kamar hotelnya, tapi beliau bak lenyap di udara. Beliau menghilang tepatnya tgl. 3 Desember 1878 – sekitar sepuluh tahun yang lampau.



Keanehan yang terjadi menyusul saat beberapa tahun kemudian, tepatnya tgl. 4 Mei 1882, sebuah iklan muncul di Times, meminta alamat Mary Morstan, dan itu disusul dengan pengiriman paket mungil, berisi sebutir mutiara yang sangat indah dan setelah dicek ternyata termasuk benda langka yang berharga mahal. Semenjak itu setiap tahun pada tanggal yang sama, Mary Morstan mendapat kiriman paket yang serupa, hingga kini ia memiliki enam butir mutiara yang tak ternilai.

Hingga pada pagi itu, Mary Morstan menerima  surat aneh, yang memintanya berkunjung ke suatu tempat pertemuan dengan seseorang yang hendak mengungkapkan rahasia menyangkut diri Mary Morstan. Ia diperbolehkan mengajak dua orang kepercayaan untuk menemaninya, asalkan mereka bukan dari pihak kepolisian. Majikan Mary Morstan – Mrs. Cecil Forrester, yang pernah terbantu oleh jasa Sherlock Holmes, yang menyarankan agar Mary meminta bantuan kepadanya. Maka pada waktu yang dijanjikan, Sherlock Holmes, Dr. Watson dan Miss Mary Morstan berangkat ke tempat pertemuan yang ditentukan.

Sebelumnya Sherlock sempat mengadakan penyelidikan kecil menyangkut menghilangnya Kapten Morstan. Satu-satunya petunjuk yang dapat ditelusuri melalui Mayor Sholto – juga pensiunan dari resimen India yang tinggal di Upper Norwood. Sebagai satu-satunya kenalan dari resimen yang sama, sudah sewajarnya kedatangan Kapten Morstan ke London adalah untuk menemui Mayor Sholto, tapi entah mengapa ia menyangkal pernah bertemu – bahkan mengaku tidak pernah mengetahui keberadaan Kapten Morstan di Inggris. Empat tahun kemudian Mayor Sholto meninggal dunia, dan tepat seminggu setelah kematiannya, Mary Morstan menerima paket mutiara.  Petunjuk lain yang berhasil ditemukan oleh Mary hanyalah sepucuk surat yang berisi diagram sebuah bangunan besar, dengan tulisan : The Sign of Four – Jonathan Small, Mahomet Singh, Abdullah Khan, Dost Akbar, ditulis diatas secarik kertas India. 

Dan ketika akhirnya mereka bertiga bertemu dengan si pengirim surat yang misterius, ia memperkenalkan diri sebagai Mr. Thaddeus Sholto, putra dari Mayor John Sholto, dan ia menceritakan sebuah kisah yang membenarkan perkiraan Sherlock Holmes dari hasil penyelidikan awalnya – terutama bahwa Mayor Sholto memang memiliki hubungan khusus dengan Kapten Morstan, dan ia mengetahui apa yang terjadi. Maka dimulailah sebuah kisah yang terjadi beberapa tahun lampau, saat terjadi peperangan sengit antara bangsa Inggris sebagai penguasa di India dan pemberontakan menuntut kebebasan oleh bangsa India. Sebuah kisah mengerikan tentang kebencian, pembantaian, persengkongkolan, perampasan, dan pembunuhan akibat keserakahan, yang berakibat pada dendam kesumat. Peristiwa yang merenggut nyawa Kapten Morstan,  Mayor Sholto, serta putranya Bartholomew Sholto – saudara kembar Thaddeus, semuanya mati dalam kondisi mengenaskan sekaligus mengerikan.

Kesan :
Buku ini merupakan kelanjutan dari petualangan sang detektif handal Sherlock Holmes serta partner setianya, Dr. John Watson. Mereka berdua sudah saling mengenali dan nyaman dengan pengaturan kehidupan sehari-hari. Dr. Watson sudah mengalami pemulihan sehingga mampu menjalankan praktek pribadi, dan Sherlock disibukkan dengan berbagai kasus aneh dan unik yang berdatangan, meminta bantuan keahlian dan kemampuan analisanya yang terkenal, sehingga orang-orang yang terbantu olehnya segera memberikan rekomendasi tinggi : Jika Anda mendapat masalah yang tak terpecahkan, segera temui Sherlock Holmes !!

Kunjungan salah satu klien bernama Mary Morstan merupakan kasus unik yang bisa dijadikan salah satu koleksi kasus-kasus Sherlock Holmes yang dikumpulkan dengan rapi oleh Dr. Watson. Namun keunikan kasus ini bukan hanya karena melibatkan unsur berbau mistis dan primitif, tapi lebih pada hubungan baru yang akan terjalin antara Dr. Watson dan Miss Mary Morstan. Watson yang memang berjiwa ‘romantis’ (sesuatu yang sering menjadi bahan olokan Sherlock Holmes) segera mendapati dirinya tertarik pada gadis muda yang membutuhkan pertolongan (sekali lagi gambaran menjadi kesatria budiman yang menolong wanita cantik dalam kesulitan ... hanya dalam bayangan Watson, dan Sherlock segera menolak mentah-mentah gagasan seperti itu haha ...)
“Benar-benar wanita yang menarik !” seru Watson. “Apa benar ?” kata Sherlock setengah melamun. “Aku tidak memperhatikan.” “Kau benar-benar seperti mesin – mesin yang penuh perhitungan,” seru Watson. Terkadang sifatmu sangat tidak manusiawi.” Holmes tersenyum lembut. “Sangat penting untuk tidak membiarkan penilaianmu dikacaukan oleh kualitas pribadi.” “Seorang klien bagiku sekedar sebuah unit, sebuah faktor dalam masalah. Kualitas emosional merupakan penghalang untuk bisa berpikir jernih. Percayalah, wanita paling menarik yang pernah kukenal ternyata digantung karena meracuni tiga anak kecil demi uang asuransi mereka, dan pria paling memuakkan yang pernah kukenal ternyata justru seorang dermawan yang menghabiskam hampir seperempat juta untuk kalangan miskin di London.” ( from  “The Sign of Four” | p. 28 )
Sedikit berbeda dengan buku sebelumnya A Study In Scarlet – dimana pembaca dibawa bertanya-tanya hingga menjelang ending, maka kisah ini sudah tampak secara jelas semenjak awal. Tapi tidak menjadikan sebagai kisah yang membosankan, justru proses perburuan sang tersangka yang cukup unik, ini sangat menegangkan, ibarat menonton film action era Inggris tempo dulu ... adanya keterlibatan sosok dari pedalaman yang masih dianggap primitif dan buas (ada catatan dari penerjemah bahwa gambaran tentang suku asing dan primitif ini dianggap berlebihan, sebagaimana pandangan ‘stereotype’ bangsa Inggris pada jaman itu terhadap bangsa-bangsa Asing), cukup menarik untuk disimak lebih lanjut.

Penulis juga berusaha memberikan gambaran tentang masing-masing karakter. Sherlock Holmes lewat berbagai kutipan pikirannya menjadi sebuah sosok manusia yang benar-benar menomer-satukan logika, ia tak mau repot meributkan masalah perasaan, membuatnya seakan menjadi orang yang angkuh-dingin-tak-berperasaan, namun sebenarnya hanya tidak mau pusing dengan hal-hal yang dianggapnya remeh. Otaknya sudah cukup penuh dengan hal-hal yang lebih penting. Sedangkan Watson justru kebalikan dari Sherlock, mungkin ini yang bisa membuatnya cocok satu sama lain, dan bertahan dalam persahabatan unik sekian lamanya.

Tapi dalam kisah ini juga ditunjukkan saat-saat Watson merasa ‘lemah dan tak berdaya’ – bukan masalah kekuatan fisik, tapi pemikiran bahwa wanita yang dicintainya memiliki kekuatan dan kekuasaan lebih jika mewarisi harga kekayaan yang sangat besar – harta yang menjadi rebutan sehingga menimbulkan banyak korban. Well, mungkin pada dasarnya setiap pria terserang masalah ‘ego’ jika menyangkut prinsip seperti ini (sesuatu yang sangat tidak sesuai dengan nalar dan logika, dalam hal ini aku setuju dengan Sherlock Holmes, jangan tersinggung wahai para pria ...haha).
Dan menutup kisah ini, ending yang bisa diduga tapi tetap menyenangkan sekaligus menimbulkan rasa geli, saat Watson dengan gembira membawa kabar penting bagi sahabatnya ...

“Aku khawatir ini penyelidikan terakhir di mana aku mendapat kesempatan untuk mempelajari metodemu. Miss Morstan sudah menerimaku sebagai calon suaminya.” Holmes mengerang. “sudah kutakutkan,” katanya. “Aku benar-benar tidak bisa memberimu selamat.” Watson tampak agak tersinggung. “Apa kau punya alasan untuk tidak menyetujui pilihanku ?” tanyanya. “Sama sekali tidak. Kurasa dia salah satu wanita muda paling menarik yang pernah kutemui, dan mungkin yang paling berguna dalam pekerjaan seperti yang kita lakukan. Dia memiliki kejeniusan dalam hal ini. Tapi cinta merupakan sesuatu yang emosional, dan apa pun yang emosional bertentangan dengan penjelasan sejati yang kuletakkan paling tinggi di atas semuanya. Aku sendiri tidak akan pernah menikah, kalau tidak ingin mengacaukan penilaianku.”  ( from ‘The Sign of Four’ | p. 212 )
Oh, Sherlock, manusia jenius, unik, nyentrik dan berjiwa Bohemian, tak ada yang ditakuti dalam hidupnya, kecuali satu, terikat dalam pernikahan ... LOL

Tentang Penulis :
Sir Arthur Ignatius Conan Doyle, lahir pada tanggal 22 Mei 1859 dan wafat karena sakit pada usia 71 tahun tanggal 7 Juli 1930. Beliau adalah penulis fiksi terkenal dari Inggris, terutama berkat tokoh ciptaannya Sherlock Holmes – detektif eksentrik dengan metode penyelidikan yang melampaui jamannya.

Doyle mendapat gelar dokter dari Universitas Edinburgh, dan membuka praktek di Southsea, Inggris pada tahun 1882. Ia banyak menulis cerita, meski beberapa tidak pernah dipublikasikan. Banyak yang menduga karakter Sherlock lebih menyerupai dirinya, namun sebenarnya Doyle menciptakan tokoh Sherlock Holmes pada tahun 1886, ini diilhami oleh sosok Dr. Joseph Bell – salah satu dosen dan mentornya, seorang ahli bedah ternama dan ahli forensik pada masanya. Nama Holmes diambil dari sosok Oliver Wendell Holmes yang sangat dikagumi oleh ConanDoyle, dan atlet kriket Inggris terkenal bernama Sherlock.

Kisah pertama yang menampilkan karakter terkenal ini berjudul A Study in Scarlet ( = diterbitkan versi terjemahan Indonesia dengan judul Penelusuran Benang Merah ), diterima oleh publik dengan sangat baik. Tapi kepopuleran nama Sherlock Holmes benar-benar dimulai pada tahun 1891, ketika beliau memutuskan menulis serial petualangan detektif handal Sherlock Holmes bersama dengan sahabatnya : Dr. Watson, dalam bentuk kompilasi cerita pendek.

Sherlock Holmes disebut sebagai detektif konsultan yang mengandalkan pada kemampuan deduksi dan analisa dalam memecahkan berbagai kasus rumit yang dihadapi pihak berwajib. Bersama pendamping sekaligus sahabat yang berperan sebagai penulis kisah berbagai kasus yang ditangani oleh Sherlock, seorang pensiunan dokter, Dr. John Watson, mereka tinggal bersama dan berbagai kamar di wisma yang dikenal terletak di Baker Street No. 221 B semenjak tahun 1881 dengan seorang induk semang, wanita Skotlandia bernama Mrs. Hudson, hingga Watson menikah dengan Mary Morstan pada tahun 1890.
Ketenaran nama Sherlock holmes menjadikannya sebuah karya klasik yang tetap digemari dan dicari hingga kini. Terbukti dengan berbagai cetak ulang yang tetap berlangsung hingga kini, bahkan karakternya dikembangkan menjadi bukan saja berupa cerita pendek atau novel, tetapi juga berupa versi komik manga, film layar lebar, serial televisi, bahkan versi vidieo games dan games online.

Jika ingin mengetahui lebih lengkap tentang Sir Arthur Conan Doyle serta Sherlock Holmes, silahkan kunjungi situs resminya : www.sherlockholmesonline.org atau untuk karya-karya tulis selengkapnya cek di : www.classic-literature.co.uk/scottish-authors/arthur-conan-doyle/

Best Regards,

* Hobby Buku * 

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...