Judul Asli : THE DEVIL’S ALTERNATIVE
Copyright ©
Fredereick Forsyth 1979
Penerbit Serambi
Alih Bahasa :
Kristina Sundari
Editor : M. Sidik
Nugraha
Lay-out : Aniza
Pujiati
Desain Sampul : Altha
Rivan
Cetakan I : Juli 2013
; 602 hlm ; ISBN 978-979-024-412-2
Rate : 4.5 of 5
Pernahkah Anda
membayangkan bahwa sebuah situasi menyangkut hubungan diplomatik serta
permainan politik serta perebutan kekuasaan, dimulai dari suatu hal yang
awalnya tampak sepele ? Dan bagaimana peran serta pemimpin masing-masing negara
mengambil keputusan yang menyangkut nasib serta nyawa ribuan orang, semuanya
demi kepentingan masing-masing ? Ini adalah sebuah kisah thriller-suspense yang
menegangkan, menimbulkan rasa penasaran semenjak awal, pertengahan hingga
akhir. Melibatkan aneka konflik serta permainan intrik penuh kejutan, tak pelak
karya Frederick Forstyh kali ini patut mendapat acungan jempol tinggi-tinggi (^_^)
Kisah ini dibuka
dengan munculnya berita bahwa panen gandum di kawasan Rusia akan mengalami
penurunan akibat perubahan iklim selama musim dingin. Demi mempertahankan dan
meningkatkan daya tahan serta pertumbuhan, pihak Departemen Pertanian melakukan
‘rekayasa’ dengan memberikan bahan ‘pelindung’ bagi bibit-bibit yang diharapkan
akan tumbuh sesuai jadwal panen. Rencana tersebut mengalami kegagalan total
akibat keteledoran petugas, yang menimbulkan ‘wabah-hama’ menjalar keseluruhan
tanaman. Hal ini berdampak pada kuantitas produktifitas panen beras secara
nasional maupun internasional.
Presiden Maxim Rudin,
harus mengambil keputusan sebelum berita tersebut menyebar di kalangan luas dan
menimbulkan kepanikan. Dari sekian banyak alternatif, meminta bentuan kepada
pihak Amerika guna mencegah terjadinya bencana kelaparan di kemudian hari, harus
diambil, meski muncul tentangan dari beberapa pihak di dalam partainya.
Mendekati berakhirnya masa jabatannya, Rudin yakin pihak oposisi dalam
partainya akan mengambil segala jalan untuk menggulingka dirinya, termasuk
memanfaatkan situasi dan kondisi di Rusia saat itu.
Di sisi lain pihak
Amerika telah mengetahui adanya ‘situasi’ di Rusia berkat sistem intelejen yang
mereka pasang (memberikan gambaran nyata bahwa manusia memang suka ‘mengintip’
kegiatan dan aktifitas pihak lain), dan Presiden William Matthews harus
mengambil keputusan saat muncul pro dan kontra, apakah sebaiknya mereka
mengambil tindakan untuk memanfaatkan sebaik mungkin situasi Rusia sebagai ‘bahan’
negosiasi untuk menekan kebijakan Rusia, ataukah cukup sekedar membantu
kebutuhan mereka ...
Kala akhirnya muncul
kesepakatan untuk mengirim utusan dari masing-masing negara untuk melakukan
perjanjian dan negosiasi, tiada yang menduga akan muncul insiden lain yang
mempersulit jalannya Traktat Perdamaian antara Rusia dan Amerika. Dari insiden
pembunuhan pejabat penting Rusia yang dilakukan oleh kelompok simpatisan
Ukraina, pembajakan kapal tanker terbesar yang sedang berada dilautan lepas
dengan ancaman menumpahkan berton-ton minyak mentah ke laut bebas, hingga usaha
kudeta di dalam partai pemerintahan Rusia.
Masing-masing pihak
hanya mengejar kepentingan pribadi masing-masing, tanpa menyadari bahwa setiap
upaya yang mereka lakukan, berpengaruh pada kebijakan politik dua negara
adidaya terkait dengan perjanjian senjata nuklir. Dengan menampilkan sosok agen
intelejen Inggris bernama Adam Munro, yang ‘tanpa sengaja’ terlibat dengan
informasi mata-mata di dalam pemerintahan Rusia, tentang konspirasi penuh
skandal dan intrik yang mencengangkan. Ketika situasi semakin memburuk hingga
harus melibatkan pemerintahan Inggris (dalam hal ini di bidang intelejen
rahasia), akhirnya para pengambil keputusan dihadapkan pada kondisi dimana ‘The
Devil’s Alternative’ (Pilihan Setan) menjadi satu-satunya pilihan yang harus
diambil !!!
Tentang Penulis :
Frederick
Forsyth, lahir pada tanggal 25 Agustus 1938, seorang penulis asal Inggris
sekaligus pengamat politik. Lahir di Ashford, Kent, ia mengambil pendidikan di
Tornbridge School, yang dilanjutkan ke Universitas Granada di Spanyol. Sempat
menjalani Wajib Militer sepanjang tahun 1956 – 1958 dan menjadikan dirinya
pilot termuda di Angkatan Udara pada usia 19 tahun. Setelah lulus, ia
melamar sebagai seorang jurnalis di kantor berita Reuter pada tahun 1961, dan
beralih ke BBC pada tahun 1965 di mana ia juga bertugas sebagai asisten
koresponden diplomatik. Selama bulan Juli – September 1967 ia meliput Perang
Sipil Nigeria sebagai koresponden khusus antara Biafra dan Nigeria. Dan setelah
meninggalkan BBC pada tahun 1968, ia kembali ke wilayah Biafra sebagai reporter
lepas dan menghasilkan karya tulis pertamanya pada tahun 1969 dengan judul ‘The
Biafra Story.’
Keberhasilannya
pada buku pertama, mendorong jiwa menulisnya untuk menghasilkan novel dengan
menggunakan kemampuan dan pengamatan jurnalisnya. Maka lahirlah novel pertama “The Day of The Jackal” pada tahun 1971, yang kemudian
menjadi Internasional Bestseller dan memenangkan ‘Edgar Allan Poe Award’ untuk kategori Best Novel. Kesuksesan
fiksi yang berdasarkan kenyataan, akan adanya organisasi OAS OAS (Organization
L’Armée Secréte) – sebuah kelompok teroris yang mengancam kelangsungan hidup
Presiden Prancis Charles de Gaulle, membuat kisah ini diangkat ke layar lebar
dengan judul sama pada tahun 1973, disutradarai oleh Fred Zinnemann, dibintangi
oleh Edward Fox, Terence Alexander dan Michael Auclair.
Pada tahun 1997, rilis
sebuah film dengan judul “The Jackal” yang disutradarai Michael Caton-Jones,
dibintangi oleh Richard Gere dan Bruce Wilis. Judul yang beredar telah dirubah
setelah terjadi negosiasi antara Frederick Forsyth, Fred Zinneman dan pihak
pembuat film ini, agar tidak terjadi kerancuan dengan novel maupun film
adaptasi sebelumnya, karena kisah dalam film ini sangat berbeda dengan novel
“The Day of The Jackal”.
Menyusul
keberhasilan novel pertama, karya berikutnya “The Odessa File” pada tahun
1972, yang berkisah tentang perjalanan seorang reporter untuk melacak
keberadaan seorang mantan anggota Nazi, seorang perwira SS – organisasi
rahasia yang merupakan pasukan setia Hitler. Dan kisah ini juga diangkat
ke layar lebar dibintangi John Voight. Setelah itu berturut-turut novel ketiga
“The Dogs of War” yang rilis tahun 1974, mengikuti jejak dan kesuksesan serupa.
Novel ini diilhami dari pengalaman beliau saat meliput Perang Biafra
(antara Biafra dan Nigeria pada tahun 1970). Republik Zangaro sendiri meskipun
hanya berupa rekaan, berdasarkan pada negara Equatorial Guinea bekas jajahan
Spanyol.
Novel-novelnya
selalu berkisah seputar peperangan, intrik internasional, isu politik, spionase
dan kriminalitas lintas negara, seperti “The Fourth Protocol” (1984), “The
Negotiator” (1989), dan “The Deceiver” (1991). Beliau juga mencoba menulis
novel pada genre yang berbeda berjudul “The Phantom of Manhattan” yang
merupakan sekuel dari novel klasik “The Phantom of The Opera” - namun
sayangnya novel ini tidak mendapat respons yang bagus, sehingga akhirnya beliau
memutuskan kembali pada genre penulisan yang dikenalnya, thriller-suspence.
Kini beliau menetap di Hertfortshire, Inggris bersama istrinya.
Info selengkapnya
tentang Frederick Forsyth, silahkan kunjungi situs resminya di : [ Frederick Forsyth's Site | on Goodreads | on Wikipedia | on IMDb ]
Best Regards,
HobbyBuku
No comments:
Post a Comment