Books
“THE NEGOTIATOR”
Judul Asli : THE NEGOTIATOR
Copyright © Frederick
Forsyth, 1989
Penerbit Serambi
Alih Bahasa :
Kristina Sundari
Editor : M. Sidik
Nugraha
Proofreader &
Lay-out : Nadia Luwis & Eri Ambardi
Desain
Sampul : Eri[X]
Cetakan
I : Januari 2014 ; 684 hlm ; ISBN 978-979-024-414-6
Rate : 5 of 5
Bisakah Anda
menghubungkan antara cadangan minyak dunia-perjanjian perdamaian-kelompok
industrialis Amerika Serikat- kaum fanatik-penculikan tokoh penting dunia ?
Kali ini Frederick Forsyth benar-benar berhasil membuatku ‘terpaku’ semenjak
halaman pertama hingga akhir, dengan memberikan sajian konspirasi tingkat
tinggi, kemelut yang tiada henti, konflik yang bermunculan di sana-sini tanpa
jeda, membuat diriku ikut ‘berlari-lari’ dari satu negara ke negara lain,
mengikuti permainan politik tingkat tinggi yang tersusun bagai permainan catur
orang-orang jenius.
Kasus yang mengangkat
kondisi Rusia (Uni Soviet) di penghujung tahun 1989, dimana sebuah laporan
rahasia tentang kenyataan bahwa sumber minyak Uni Soviet akan mengering dalam
jangka waktu 7-8 tahun ke depan. Hal ini memiliki dampak yang cukup besar,
terutama bagi divisi militer yang menggantungkan sumber dana untuk memperbesar
‘kekuatan’ mereka sebagai negara adi daya di posisi puncak dunia. Jika sumber minyak
dunia menurun sepanjang 20-30 tahun mendatang, dan Uni Soviet terpuruk jauh
sebelum persediaan bangsa Arab maupun Amerika juga menipis, maka bisa
dipastikan militer sebagai ujung tombak negara tersebut akan hancur.
Sayangnya pemikiran
pihak militer acapkali bertentangan dengan pemimpin negara, dan dalam hal ini
Presiden Amerika Serikat John Cormack dan Presiden Uni Soviet Mikhail Gorbachev
justru merencanakan perjanjian perdamaian yang akan menghentikan perlombaan
perang nuklir yang selama ini terjadi antara kedua belah pihak. Dengan
menandatangi perjanjian ini, dana besar untuk strategi dan persenjataan militer bisa dialihkan kepada peningkatan
kesejahteraan rakyat di sumber daya yang berbeda. Jika sorotan publik memuji
dan rakyat menyambut gembira kabar ini, maka justru di dalam badan pemerintahan
terjadi pergolakan hingga perpecahan yang cukup hebat.
Demi mencegah
terjadinya ‘malapetaka’ akibat terlaksananya perjanjian perdamaian tersebut,
sekelompok pihak-pihak tertentu mengadakan pertemuan khusus guna membahas masa
depan mereka masing-masing. Tujuan utama adalah membuat pelaksanaan perjanjian
perdamaian itu terganggu hingga terhentikan. Dari sekian banyak rencana yang
dilaksanakan dengan cermat, memanfaatkan pihak-pihak tertentu sehingga
masyarakat hanya mengetahui bahwa ‘peristiwa-peristiwa’ yang akan terjadi
didalangi oleh aksi terorisme, dimulailah perlombaan antara persiapan dan
penyelesaian perjanjian perdamaian dengan aksi-aksi yang ditujukan untuk
menggagalkan hal tersebut.
Dari karya-karya Frederick
Forsyth yang pernah kubaca, belum pernah kujumpai aksi penuh detil yang sangat
menegangkan sekaligus mengundang rasa penasaran. Seperti menduga-duga ke arah
mana pergerakan aksi ‘terorisme’ yang sedang dijalankan. Dan yang terpenting
siapakah tokoh-tokoh penggerak dibelakang layar ? Melibatkan agen rahasia
Inggris hingga semua agen di Amerika Serikat, merambah ke dunia Eropa menyusup
ke organisasi kepolisian rahasia Uni Soviet. Dan yang tak kalah unik, seorang
negosiator handal yang telah lama ‘menghilang’ – dipanggil kembali dari
persembunyiannya untuk menyelamatkan putra tunggal Presiden Amerika Serikat
dari tangan teroris. Tapi benarkah ini sekedar aksi teroris belaka ?
Keunikan kisah kali
ini, pembaca digiring pada situasi yang tidak mudah ditebak, karena setiap
karakter yang berperan tidak akan diketahui apakah ia merupakan protagonis atau
antagonis. Dengan menyoroti sosok Quinn – sang negosiator yang berani mengambil
langkah-langkah yang tidak biasa demi tercapainya misi yang diemban, permainan
untuk menentukan siapa sebenarnya kawan dan siapa gerangan lawan, hingga usaha
menyingkap musuh dalam selimut yang berada di dalam badan pemerintahan serta
organisasi agen-agen CIA, FBI, MI11, Scotland Yard hingga GRU Uni Soviet.
Kejutan demi kejutan muncul saat dimana situasi seharusnya terkendali, really
shocking moment goes one-by-one ... maka bisa kukatakan bintang 5 tidak cukup
untuk menggambarkan karya spektakuler ini. Just LOVE IT !!!!
Tentang Penulis :
Frederick Forsyth, lahir pada tanggal 25 Agustus 1938, seorang penulis asal
Inggris sekaligus pengamat politik. Lahir di Ashford, Kent, ia mengambil
pendidikan di Tornbridge School, yang dilanjutkan ke Universitas Granada di
Spanyol. Sempat menjalani Wajib Militer sepanjang tahun 1956 – 1958 dan
menjadikan dirinya pilot termuda di Angkatan Udara pada usia 19 tahun. Setelah
lulus, ia melamar sebagai seorang
jurnalis di kantor berita Reuter pada tahun 1961, dan beralih ke BBC pada tahun
1965 di mana ia juga bertugas sebagai asisten koresponden diplomatik. Selama
bulan Juli – September 1967 ia meliput Perang Sipil Nigeria sebagai koresponden
khusus antara Biafra dan Nigeria. Dan setelah meninggalkan BBC pada tahun 1968,
ia kembali ke wilayah Biafra sebagai reporter lepas dan menghasilkan karya
tulis pertamanya pada tahun 1969 dengan judul ‘The Biafra Story.’
Keberhasilannya pada
buku pertama, mendorong jiwa menulisnya untuk menghasilkan novel dengan
menggunakan kemampuan dan pengamatan jurnalisnya. Maka lahirlah novel pertama “The Day of The Jackal” pada tahun 1971, yang kemudian menjadi Internasional
Bestseller dan memenangkan ‘Edgar Allan
Poe Award’ untuk kategori Best Novel. Kesuksesan fiksi yang berdasarkan
kenyataan, akan adanya organisasi OAS OAS (Organization L’Armée Secréte) – sebuah
kelompok teroris yang mengancam kelangsungan hidup Presiden Prancis Charles de
Gaulle, membuat kisah ini diangkat ke layar lebar dengan judul sama pada tahun
1973, disutradarai oleh Fred Zinnemann, dibintangi oleh Edward Fox, Terence
Alexander dan Michael Auclair. Pada tahun 1997, rilis sebuah film dengan judul
“The Jackal” yang disutradarai Michael Caton-Jones, dibintangi oleh Richard
Gere dan Bruce Wilis. Judul yang beredar telah dirubah setelah terjadi
negosiasi antara Frederick Forsyth, Fred Zinneman dan pihak pembuat film ini,
agar tidak terjadi kerancuan dengan novel maupun film adaptasi sebelumnya,
karena kisah dalam film ini sangat berbeda dengan novel “The Day of The
Jackal”.
Menyusul keberhasilan
novel pertama, karya berikutnya “The Odessa File” pada tahun 1972, yang berkisah tentang
perjalanan seorang reporter untuk melacak keberadaan seorang mantan anggota
Nazi, seorang perwira SS – organisasi
rahasia yang merupakan pasukan setia Hitler. Dan kisah ini juga diangkat ke layar lebar
dibintangi John Voight. Setelah itu berturut-turut novel ketiga “The Dogs of
War” yang rilis tahun 1974, mengikuti jejak dan kesuksesan serupa. Novel ini
diilhami dari pengalaman beliau saat
meliput Perang Biafra (antara Biafra dan Nigeria pada tahun 1970). Republik
Zangaro sendiri meskipun hanya berupa rekaan, berdasarkan pada negara
Equatorial Guinea bekas jajahan Spanyol.
Novel-novelnya selalu
berkisah seputar peperangan, intrik internasional, isu politik, spionase dan
kriminalitas lintas negara, seperti “The Fourth Protocol” (1984), “The
Negotiator” (1989), dan “The Deceiver” (1991). Beliau juga mencoba menulis
novel pada genre yang berbeda berjudul “The Phantom of Manhattan” yang
merupakan sekuel dari novel klasik “The Phantom of The Opera” - namun sayangnya novel ini tidak mendapat
respons yang bagus, sehingga akhirnya beliau memutuskan kembali pada genre
penulisan yang dikenalnya, thriller-suspence. Kini beliau menetap di
Hertfortshire, Inggris bersama istrinya.
[
more about the author & related works, just check at here : Frederick Forsyth | on Wikipedia | on
Goodreads | on IMDb
]
~ This Post are
include in 2014 Reading Challenge ~
114th Book
in TBRR Pile
Best Regards,
Hobby Buku
No comments:
Post a Comment