Translate

Friday, August 29, 2014

Books "THINNING THE PREDATORS"

Books “PEMBURU PREDATOR”
Judul Asli : THINNING THE PREDATORS
Copyright © 1996 by Daina Graziunas & Jim Starlin
Penerbit Gramedia Pustaka Utama
Alih Bahasa : B. Sendra Tanuwidjaja
Desain sampul : Tony Greco
Cetakan I : Juli 1997 ; 496 hlm ; ISBN 979-605-679-8
Rate : 4 of 5

Salah satu buku menarik yang kutemukan dalam timbunan koleksiku. Terus terang aku sudah lupa kapan dan dimana membeli buku ini, tapi karena ada tanda tangan nama yang tak kukenal, kemungkinan besar buku ini termasuk dari sekian banyak ‘second-hand-book’ yang kubeli saat hunting big-sale (salah satu kegiatan yang sepanjang tahun ini ku-stop, karena saking banyaknya buku sale yang kubeli tanpa sempat dibaca *grin*). Membaca sekilas sinopsis di sampul belakang, bisa kusimpulkan bahwa buku ini tentang perburuan kriminal yang melakukan serangkaian pembunuhan brutal akibat kelainan yang diderita oleh sang pelaku. Sebuah tema yang menarik dan menggugah rasa penasaran diriku (sembari membayangkan salah satu adegan episode serial ‘Criminal Minds’ ...), dan dugaanku ternyata benar, bahkan beberapa kejutan juga muncul yang membuat kisah ini layak menempati daftar bacaan favoritku.



Agen FBI Ira Levitt merupakan sosok pria setengah baya yang masih tangguh secara fisik maupun mental. Kecerdasan serta intuisinya sangat tajam, terutama jika berhubungan dalam mengungkap kasus-kasus pembunuhan pelik yang tak sanggup dipecahkan oleh penegak hukum lainnya. Kasus terakhir yang sedang ditanganinya adalah memburu David Vandemark – pria yang diduga merupakan tersangka pelaku serangkaian pembunuhan dari kota ke kota, hingga melewati batas antar negara bagian. Keunikan kasus ini muncul karena David merupakan pria normal biasa, berprofesi sebagai seorang pengacara, suami dan ayah yang baik, hingga sebuah peristiwa mengerikan menimpa dirinya, merubah total kepribadian David, menjadikannya pembunuh berdarah dingin. Anehnya, korban-korban David semuanya adalah penjahat atau sosok kriminal kelas berat yang selalu lolos dari belenggu hukuman.

Tiada penegak hukum yang memperdulikan saat satu demi satu korban berjatuhan, karena mereka merupakan musuh masyarakat, kecuali Ira Levitt yang melihat adanya kesamaan dari rangkaian pembunuhan itu. Ira Levitt yang mengalami ‘ketidak-adilan’ birokrasi, disingkirkan ke bagian yang terpencil akibat berani melawan salah satu oknum pejabat tinggi yang semena-mena. Ketika Agen FBI Vida Johnson – wanita cantik nan menarik sekaligus brilian, ditugaskan ke divisi Ira, akibat penolakan dan perlawanan dirinya atas pelecehan seksual oleh atasannya, maka divisi khusus yang unik ini bergerak untuk mencari dan menangkap David Vandemark sebelum ia menghabisi korban terbaru. Sayangnya, David Vandemark merupakan sosok yang cerdas sekaligus mampu melakukan penyamaran, hingga pada beberapa kesempatan dimana mereka nyaris menangkap dirinya, ia mampu meloloskan diri dan meninggalkan korban yang tewas dalam kondisi tersiksa. Hingga suatu saat muncul penawaran untuk ‘bekerja-sama’ yang mengejutkan, karena hal ini datang dari David – sang buronan yang selama ini dikejar.

Kisah ini dituturkan dengan gaya yang ‘sedikit’ berbeda dengan kisah thriller pada umumnya. Semenjak awal, pembaca dituntun mengikuti jejak langkah sosok Ira Levitt dan obsesinya untuk membekuk David Vandemark. Namun kemudian alur berubah dengan tiba-tiba, karena pembaca berpindah memasuki ‘benak’ sosok David Vandemark yang misterius sekaligus mengundang rasa penasaran. Apa penyebab yang membuat dirinya ‘berubah-total’ hingga menjadikan misi hidupnya untuk memburu setiap predator yang senantiasa berada di luar jangkauan hukum ? Karakter David Vandemark yang berubah-ubah layaknya seorang aktor kala menjalani setiap misinya, dengan memberikan potongan-potongan kilasan masa lalu, menuntun pembaca untuk pada akhirnya memperoleh kejelasan siapa gerangan David Vandemark dan mengapa ia melakukan tindakan-tindakan ‘main-hakim-sendiri’.

Hal ini semakin menarik karena David memiliki kemampuan supranatural untuk ‘membaca’ calon-calon korbannya, layaknya sosok cenayang, terutama melalui ‘sentuhan’ pada benda-benada yang berhubungan dengan calon korbannya. Sedikit banyak kisah ini mengingatkan diriku akan serial ‘The Mentalist’ dengan tokoh utamanya Patrick Jane – pria yang menderita traumatik setelah pembunuhan brutal terhadap keluarganya oleh pelaku yang disebut sebagai Red John. Ketika dua kubu yang saling berlawanan ini akhirnya bersatu dalam menghadapi kasus Pembunuh Keluarga Latin yang melanda kota-kota besar, hubungan antara David Vandemark dan Ira Levitt menjadi daya tarik tersendiri. Kasus yang diduga dilakukan oleh pembunuh serial berkaitan dengan isu rasialis, ternyata jauh lebih kompleks dari dugaan siapa pun, karena melibatkan konspirasi pejabat tinggi pemerintah yang menggunakan metode pembunuhan sebagai bagian dari sebuah eksperimen psikologis, demi membuat senjata perang yang canggih : serdadu pembunuh layaknya sebuah robot yang bisa diperintah melakukan apa saja ...

[ more about the author & related works, just check at here : Daina Graziunas | Jim Starlin ]

~ This Post are include in 2014 Reading Challenge ~
75th Book in Finding New Author Challenge
188th Book in TBRR Pile

Best Regards,

Hobby Buku

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...