Books
“RAHASIA TERPENDAM”
Judul Asli : SILENT IN THE GRAVE
[
book 1 of LADY JULIA Series ]
Copyright © 2007 by
Deanna Raybourn
Penerbit Gramedia
Pustaka Utama
Alih Bahasa : Lily
Mayanti Boynton
Editor : Jimmy
Simanungkalit
Desain sampul : Marcel
A.W.
Cetakan I : Februari
2015 ; 496 hlm ; ISBN 978-602-03-1083-1
Harga Normal : Rp. 69.000,-
Rate
: 4 of 5
Kisah
dibuka dengan kematian mendadak Sir Edward Grey yang masih relatif muda, dimana
hal tersebut disaksikan langsung oleh Lady Julia Grey – sang istri yang masih
muda nan cantik. Keluarga, kerabat dan kenalan, termasuk dokter keluarga
menyatakan kematian tersebut sebagai kematian wajar akibat penyakit jantung
yang memang diderita keluarga Grey secara turun temurun. Lady Julia yang
disibukkan oleh serangkaian persiapan pemakaman hingga adat yang mengharuskan
dirinya menjalani masa duka selama minimal setahun penuh, nyaris melupakan
insiden yang terjadi setelah pemakaman suaminya. Kedatangan Nicholas Brisbane –
pria misterius yang kebetulan membantu memberikan pertolongan pertama saat Sir
Edward mengalami serangan sebelum pingsan dan akhirnya tiada, mengungkapkan
fakta bahwa ia disewa oleh Sir Edward untuk menyelidiki surat-surat ancaman
kematian yang ditujukan padanya. Pria yang baru dikenal dalam waktu sekejab
namun meninggalkan kesan tersendiri bagi Lady Julia, mengguncang dunianya
tatkala mengemukan teori bahwa ada kemungkinan bahwa Edward dibunuh alih-alih
kematian secara wajar ...
Setahun
kemudian tanpa sengaja Lady Julia menemukan surat yang terselip di antara
dokumen-dokumen sang suami. Surat yang sepintas berisikan puisi ternyata
mengandung makan yang cukup menakutkan, seakan-akan sang penulis sengaja
mengancam nyawa Sir Edward. Rasa penasaran bercampur kecurigaan membawa Lady
Julia pada pertemuan dengan Nicholas Brisbane dan ia meminta bantuan detektif
partikelir itu untuk menemukan kebenaran di balik kematian suaminya. Awalnya
Nicholas menolak permintaan tersebut mengingat kasus tersebut sudah ‘dingin’
karena telah berlangsung setahun yang lalu. Bukti-bukti yang ada dan saksi-saksi
yang bisa berguna tentu sudah lama lenyap atau terlupakan seiring dengan waktu.
Namun melihat niat kuat dan sifat keras kepala Lady Julia yang hendak melakukan
penyelidikan seorang diri jika Nicholas menolak memberikan bantuan, membuatnya
‘tergerak’ untuk menjalankan misi yang mustahil itu ... di sisi lain, ada
ketertarikan aneh antara keduanya yang disadari namun tak mau diakui oleh
masing-masing pihak. Maka dimulailah petualangan dan perjalanan panjang
menelusuri jejak masa lalu, mengungkap rahasia yang tersembunyi yang dipastikan
akan membangkitkan ‘musuh’ mengerikan – sang pembunuh yang tak terlihat.
“Pembunuh itu, jika memang ada, kini sudah merasa nyaman. Sudah hampir setahun dia menikmati kebebasan, bahkan tanpa diganggu desas-desus pembunuhan. Jika dia pikir kondisi itu akan berubah, dia mungkin saja panik, bahkan bisa nekat. Dia mungkin mengalihkan sasarannya, misalnya ... dia mungkin berusaha menyerang Anda, Lady Julia!” [ p. 102 ]
Sejujurnya
kisah ini kuduga sekedar kisah romansa ala hisrom biasa yang penuh dengan
konflik antara keluarga dan melibatkan peran serta detektif swasta (seperti
seri Bow Street Runners karya Lisa Kleypas). Dengan gaya bahasa yang tidak
biasa, mengingatkan akan novel-novel misteri klasik seperti karya Wilkie
Collins hingga Arthur Conan Doyle, hingga tanpa terasa diriku turut ‘merasuk’
dalam suasana era Victorian yang serba suram dengan jenjang sosial yang sangat
tinggai antara kaum bangsawan dan masyarakat umum. Dituturkan melalui POV
karakter Lady Julia – wanita cerdas, menarik dan memiliki kepribadian yang
cukup kuat, namun mengalami proses ala ‘cuci otak layaknya wanita-wanita pada
masa tersebut, dikendalikan sepenuhnya oleh sang suami hingga kehilangan jati
dirinya. Bagaimana seseorang dengan kepribadian lincah dan periang, menyukai
kehidupan penuh warna-warni berubah total menjadi wanita anggun, penurut dan
selalu tampil tanpa cela di hadapan masyarakat, kerabat hingga suaminya.
Pemahaman akan perubahan yang terjadi pada dirinya, kehidupan ala puritan serta
ke-naif-an wanita yang seharusnya ‘cerdas’ hingga terbukanya pikiran akan
kenyataan pahit sandiwara dibalik pernikahannya, terjalin melalui narasi
curahan pikiran Lady Julia yang cukup kuat.
“Edward termasuk orang yang rewel, sifat yang sudah kuamati sebelumnya, tapi tidak pernah kuanggap sebagai penghalang bagi kami untuk hidup bersama. Artinya, segala sesuatu harus diatur sesuai kemauannya agar dia bahagia. Dekorasi rumah, potongan gaunku, cara melipat handuk, dan letak meja. Awalnya, aku hanya tertawa dan mencoba menggodanya, tapi dia jadi keras kepala. Setelah beberapa lama, aku menyadari bahwa akan lebih mudah jika menuruti kemauannya ... meski aku tahu, itu sama sekali tidak cocok untukku. Selama hal itu membuat dia senang, aku tidak begitu peduli. Sangat mudah meyakinkan diri bahwa hal-hal seperti itu tidaklah penting. Beberapa tahun setelah pernikahan kami, aku mematut diri di cermin dan menyadari bahwa aku tidak lagi mengenali bayanganku sendiri. Aku kehilangan jati diri sedikit demi sedikit, dan aku tidak tahu cara menemukannya.”
Jika
bisa dikategorikan secara spesifik, maka kisah ini lebih condong ke arah drama
psikologis dengan balutan misteri dan suspense dan romansa yang menggelitik ala
Jane Austen. Bahkan hubungan antara Lady Julia dan Nicholas yang bagai kucing
dan anjing pada hampir setiap pertemuan, padahal di dalam hati masing-masing
justru tumbuh perasaan yang mendalam, tampil menarik melalui dialog dan humor
ala satire yang menggelitik. Proses penyelidikan yang mengutamakan wawancara
dan analisa psikologis disertai metode penelitian bahan-bahan kimia ala
Sherlock Holmes melalui karakter unik, dokter Yahudi bernama Mordecai, maka
perpaduan karakter Nicholas Brisbane yang aneh (sempat kuduga sebagai vampir
hahahaha) dan pelayan setia yang berperan sebagai ‘batman’ bernama Monk, bisa
dipastikan petualangan Lady Julia berlangsung dengan seru sekaligus
menegangkan, dengan ending yang penuh kejutan pula. Jika penulis roman Barbara
Cartland berkolaborasi dengan Ratu Misteri Agatha Christie, maka bisa kukatakan
kisahnya akan mirip dengan kisah Lady Julia. Terlepas dari format font-nya yang
super duper imut plus edisi ala pocket-book yang ‘nyaris’ membuat minusku
bertambah – ini adalah kisah yang layak dibaca dan dikoleksi (^_^)
“Melakukan penyelidikan seperti berburu ular. Batu-batu harus dibalik, tempat-tempat tersembunyi harus disingkapkan, dan hal-hal yang ditemukan sering kali berbau busuk, bahkan beracun dan lebih baik tidak diganggu. Terkadang berupa kejahatan yang tidak berkaitan dengan penyelidikan, hanya sesuatu yang suram dan kejam, yang seharusnya tetap menjadi rahasia.” [ p. 103 ]
[ more about the author &
related works, just check at here : Deanna
Raybourn | on Goodreads
| on Wikipedia |
at Twitter | at Facebook ]
Best
Regards,
Hobby
Buku
No comments:
Post a Comment