Books
“MISTERI PEMBUNUHAN DI BAIT ALLAH”
Judul Asli : A MONSTROUS REGIMENT OF WOMEN
[ book 2 of Mary Russell – Sherlock
Holmes Series ]
Copyright
© 1995 by Laurie R. King
Penerbit Qanita
Alih Bahasa : Nur
Aini
Editor : Prisca
Primasari
Proofreader : Yunni
Yuliana M.
Desain sampul :
BLUEgarden
Cetakan I : Mei 2012
; 332 hlm ; ISBN 978-602-9225-50-1
Rate : 4 of 5
Setelah berhasil
mengalahkan musuh lama yang mengincar keselamatan nyawa Sherlock, Mary serta
rekan-rekan mereka, akhirnya semua pihak yang harus menjalani pengungsian demi
keselamatan masing-masing, kini kembali ke tempat asal di Inggris dan menjalani
kehidupan mereka secara normal. Mary Russell yang kini berusia 20 tahun, sedang
menjalani liburan Natal yang dianggap membosankan sekaligus menyiksa, kala
kerabat yang tak disukainya, berpesta pora di kediamannya. Demi menghindarkan
hal tersebut lebih lama, ia mengunjungi kediaman Sherlock Holmes, hanya untuk
mendapati sosok yang kini dekat di hatinya sedang bepergian ke kota. Mary
Russell tidak pernah dikenal dengan kesabarannya untuk menunggu, dan seketiak
itu pula ia menyusul dan akhirnya berhasil bertemu dengan Sherlock yang sedang
menjalani salah satu ‘kebiasaan’ anehnya, berkendara sebagai kusir kereta di
London.
Pertemuan mereka
tidak berjalan dengan baik, bahkan pertengkaran muncul dipicu oleh ketajaman
perkataan Sherlock terhadap Mary. Kebiasaan untuk adu mulut dan perselisihan
merupakan hal yang biasa terjadi pada kedua sosok ini. Tiada pernah dalam
seminggu tanpa muncul adegan adu-debat dua sosok yang sama-sama keras kepala
ini. Namun entah bagaimana, kali ini Mary sangat-sangat tersinggung dengan ucapan
Sherlock dan memilih untuk ‘lari’ meninggalkan Sherlock di kota London
menjelang tengah malam. Perjalanan atau pelarian Mary tanpa arah, membuatnya
tersesat akibat minimnya pengetahuan wilayah-wilayah kota London. Di saat ia
mulai putus asa, tiba-tiba sosok yang dikenal pada masa lalu, muncul dan
menyelamatkan dirinya : Lady Veronica Beacondsfield atau lebih dikenal sebagai
Ronnie, bisa dikatakan cukup dekat dengan Mary semasa pendidikan mereka di
Oxford.
Ronnie, meski
bertahun-tahun berpisah dan putus hubungan (terutama akibat pelarian Mary ke
Palestina yang menunda penyelesaian pendidikannya), masih tetap sosok yang
ramah dan siap membantu siapa saja yang membutuhkan uluran tangan. Maka malam
itu dihabiskan Mary dengan menginap di kediaman Ronnie. Dan hal ini membawa
dirinya pada permintaan bantuan untuk menolong teman laki-laki Ronnie yang
terjerat pemakaian narkoba. Lebih lanjut, Ronnie membawanya menemui ‘sesuatu’
yang luar biasa yang telah merubah pandangan hidupnya. Lady Veronica
Beacondsfield merupakan salah satu dari sekian banyak anggota aliran
kepercayaan yang disebut Bait Baru Allah dibawah pimpinan Margery Childe yang
mampu mebuat siapa saja terpesona mendengarkan dan melihat khotbah-khotbahnya.
Mary Russell meskipun mendalami teologia secara ilmiah, bukanlah sosok yang
sangat religius, sehingga terdorong rasa penasaran yang membuatnya setuju
mengikuti khotbah Margery Childe.
Sosok wanita ini
diluar dugaan mengejutkan Mary, bukan saja ia masih relatif muda dan materi
yang diberikan bisa dikatakan terbilang ‘mentah’ dari sudut pandang kritis
sebagai ilmuwan teologia. Namun harus diakui, pengetahuan dan wawasan Margery
yang terbilang awam, mampu terlupakan akibat penampilan kharismatik dan
semangat serta antusias yang ditampilkan, sehingga mempengaruhi para pengunjung
khotbah. Seiring dengan pertemuan demi pertemuan, hubungan aneh yang terjalin
antara Margery dan Mary, kedekatan antara kebutuhan Margery dan rasa penasaran
Mary, menjadikan mereka bagai mentor dan murid yang saling memberikan hal-hal
tak terduga bagi satu sama lain. Mary yang memiliki semua pengetahuan dan
analisa secara logika, namun tidak mampu memberikan jawaban pasti tentang
keyakinan yang dianggap absurb tanpa disertai bukti nyata.
Sedangkan Margery
justru memilki keyakinan teguh akan hal-hal yang tidak tampak secara fisik,
sesuatu yang dianggap sebagai keajaiban dan karunia. Perbedaan paham dan
keyakinan antara keduanya, bisa dijembatani perlahan-lahan. Hingga muncul kasus
yang melibatkan kematian beberapa anggota Bait Baru Allah. Kematian yang
digambarkan sebagai kecelakaan hingga penyakit aneh, semuanya menimbulkan
kecurigaan pada diri Mary sehingga ia memutuskan untuk menyelidiki lebih dalam
apa sebenarnya yang terjadi dalam organisasi Bait Baru Allah. Untuk itu, ia
harus menyusup masuk sebagai salah satu anggota yang memiliki keyakinan serupa
dengan aliran tersebut. Dan ketika dalang yang menyebabkan rangkaian kematian
itu tak dapat ditelusuri dengan mudah, maka hanya ada satu jalan untuk
mengungkap identitas sang pelaku, menyiapkan jebakan dengan sosok Mary Russell
sebagai umpannya.
Kali ini, unsur
misteri dan kasus yang ditampilkan bisa dikatakan tidak terlalu kompleks
dibandingkan kisah seri pertama. Akan tetapi tema yang diangkat tidak kalah
peliknya, sebagaimana selama ini kaum ilmuwan yang menjunjung tinggi ilmu sains
sesuai nalar dan logika, selalu berhantaman dengan keyakinan yang dianggap
absurb oleh mereka, sesuatu yang dipercaya dan dipegang teguh oleh kaum aliran
kepercayaan. Bagai pepatah bahwa sains dan agama tidak dapat disatukan, maka
teori tersebut muncul melalui pergulatan pikiran dan emosi yang dialami oleh
sosok Mary Russell. Sebagaimana kehidupan manusia yang senantiasa disibukkan
oleh hal-hal yang terjadi disekelilingnya, problema rumah tangga, keruwetan hubungan
dengan pasangan, selisih paham dengan rekan kerja, kesulitan meraih impian
dalam pendidikan maupun kehidupan sehari-hari, kelemahan dan ketakutan
menghadapi kegagalan dan sakit hati, semuanya tampil melalui perwujudan kasus
setiap individu dalam kisah ini.
Ibarat membaca bacaan
filosofi, maka ‘A Monstrous Regiment of Women’ bisa jadi merupakan karya fiksi
yang mampu menyajikan sekelumit hal-hal yang patut menjadi pertimbangan dan
bahan pemikiran lebih dalam. Sejauh mana keyakinan manusia dalam menghadapi
aneka cobaan dan rintangan serta ketakutan dalam kehidupan masing-masing ? Meski
disajikan dengan latar belakang menjelang awal abad 20, dimana status kaum
perempuan masih menempati posisi yang sulit, pencerminan akan konflik keyakinan
dan pandangan hidup, tak kalah dengan pandangan filosofi ala Paulo Coelho atau
bahkan penulis Mitch Albom. Uniknya, pada setiap pergantian bab, penulis
mencantumkan cuplikan demi cuplikan pernyataan dari tokoh-tokoh terkemuka
dunia, bahkan ayat-ayat kitab suci yang menjurus pada pemahaman tentang makna
dan status keberadaan kaum perempuan di dunia ini.
Terkait dengan kisah
ini, karakter Mary Russell secara pribadi mengalami pergulatan antara keyakinan
tentang kepercayaan sebagai umat beragama, pandangan sebagai ilmuwan yang
menjunjung tinggi bukti-bukti empiris melalui serangkaian pengujian, dan
terutama keyakinan untuk memilih jalan hidup demi masa depannya, menyangkut
sosok Sherlock Holmes. Tanpa adanya unsur misteri yang pelik, kisah kali ini
tetap mampu memukau karena penulis mengupas beberapa poin penting dari sudut
pandang ilmuwan teologia yang brilian
(diwakili oleh Mary Russell) ; sudut pandang awam yang memiliki kekuatan dan kepercayaan mewujudkan
terjadinya keajaiban (diwakili oleh Margery Childe) ; sosok yang terbilang
‘sedikit’ atheis dan tidak memperdulikan hal-hal keagamaan, namun justru
memiliki keyakinan kuat dari pengalaman selama bertahun-tahun (diwakili oleh
Sherlock Homes), hingga sosok yang dianggap lemah namun memiliki pandangan
postif dan selalu menilai dari sisi kebaikan manusia, meski acapkali dianggap
cukup naif atau bodoh (diwakili oleh Lady Veronica Beacondsfield).
[
more about the author and related works, see also my post at here : All About Laurie R. King | Introducing Mary Russell & Sherlock Holmes | The Beekeeper’s Apprentice | A Monstrous Regiment of Women | A Letter of Mary ]
~ This Post are
include in ~
2014 READING CHALLENGE
14th Book
in TBRR Pile
Best Regards,
Hobby Buku
No comments:
Post a Comment