Books
“DEXTER : SI CHARMING PEMBUNUH BERANTAI”
Judul Asli : DARKLY DREAMING DEXTER
[ book 1 of DEXTER Series ]
A
Novel by Jeff Lindsay
Copyright
© 2004 by Jeff Lindsay
Copyright
© licensed by The Nicholas Ellison Agency
Penerbit Dastan Books
Alih Bahasa : Bima
Sudiarto
Editor : Arif Budi
Nugroho
Cetakan I : September
2008 ; 376 hlm ; ISBN 978-979-3972-40-4
Rate
: 4 of 5
Kepolisian
Miami (Metro Dade Miami) terutama Divisi Pembunuhan memiliki tugas yang cukup
berat saat serangkaian pembunuhan terhadap wanita-wanita pelacur, dengan ciri
khas setiap tubuh korbannya ditemukan dalam kondisi termutilasi dengan cara
yang rapi dan ditata untuk mengundang perhatian ‘penonton’ ... kala Deborah
Morgan, polisi bagian susila menemukan korban yang diduga hasil percobaan
pertama sang pembunuh, hal ini justru memicu terjadinya konflik dan intrik
permainan politik untuk meraih jenjang karir yang lebih tinggi. Adapun lawan
tanding Deborah tidak lain Detektif LaGuerta yang terkenal dari Divisi
Pembunuhan.
Bukan
saja cukup menawan, LaGuerta tak segan-segan memanfaatkan cara apapun, termasuk
daya pikatnya demi kenaikan karirnya, dan ia sangat ambisius untuk menghalangi
siapa pun, termasuk waniat lain untuk menjadi sorotan publik. Deborah Morgan
yang mengincar posisi sebagai detektif Divisi Pembunuhan, memiliki kecerdasan
untuk mengungkap kasus-kasus pelik, sayangnya ia tak memiliki kelugasan dan
kecerdikan untuk melakukan ‘strategi politik’ terutama ketika lawannya adalah
LaGuerta. Maka ada satu orang yang bertindak dibelakan layar, membantu
‘melancarkan’ jalan Deborah menuju kesuksesan. Ia adalah Dexter Morgan – adik
tiri Deborah, sekaligus ahli analisis percikan darah di Metro Dade Miami.
Dexter
Morgan – diadopsi oleh pasangan Harry dan Doris Morgan saat masih kanak-kanak.
Harry adalah seorang polisi yang handal, dan ia satu-satunya yang mengetahui
latar belakang serta masa lalu Dexter. Ia pula yang pertama kali mengungkapkan
kebenaran akan kondisi Dexter yang ‘tidak-biasa’ – bahwa ia memiliki alter-ego,
sisi lain yang dijuluki The Dark
Passenger. Jika dexter dibesarkan dan dididik untuk menegakkan kebenaran
serta keadilan sesuai peraturan hukum, mana The
Dark Passenger mendorongnya untuk melakukan hal sebaliknya : membunuh dan
menghabisi nyawa makhluk lain. Dan Harry, mengetahui hal ini semenjak dini
telah mempersiapkan Dexter untuk berperan sebagai Avenging Angel dengan
menghabisi manusia-manusia yang telah rusak moral serta akhlaknya.
Maka
tak heran jika Dexter sangat tertarik untuk terlibat langsung dalam kasus
pembunuhan berantai ini. Bukan hanya untuk membantu Deborah, tapi juga karena
ia memiliki dorongan ketertarikan tersendiri akan ‘keindahan’ pembunuhan yang
terjadi. Anehnya, semakin Dexter terlibat, ia mengalami semacam mimpi-mimpi
aneh yang berhubungan dengan setiap pembunuhan ... seakan-akan ia sendiri
pelaku pembunuhan tersebut. Apakah mungkin alter ego Dexter berkembang
sedemikian rupa hingga membuat dirinya menjadi pemburu dan pembunuh sadis,
bahkan tanpa sedetik pun ia menyadari kapan hal itu terjadi ? Jika bukan
dirinya yang melakukan serangkaian peristiwa mengerika itu, mengapa ia bisa
mendapatkan ‘bayangan jelas’ apa yang terjadi pada para korban melalui
‘pandangan matanya’ kala ia seharusnya terlelap tidur ?
Kisah
ini sudah lama sekali kubaca, hampir
terlupakan terutama detil akan latar belakang sosok Dexter, mengapa ia memiliki
alter-ego yang sedemikian dingin dan sadis. Jauh sebelum kisah ini akhirnya
diangkat menjadi salah satu serial TV yang cukup menarik, karya Jeff Lindsay
memaparkan dampak psikologis terhadap manusia-manusia yang mengalami trauma
berat akibat peristiwa mengerikan di masa lalu masing-masing. Sekedar bayangan,
jika karakter Two Faces dari kisah Batman mengalami ‘split-personality’ akibat pergolakan hati nurani serta tragedi
yang mengakibatkan kesedihan tak tertahankan, maka kasus yang terjadi pada
Dexter lebih condong pada traumatik-episode yang tertanam sangat dalam di
benaknya semenjak kanak-kanak. Buku pertama dari serial Dexter ini akan
menuntun pembaca memasuki labirin benak manusia yang bisa dikatakan ‘sakit’
namun memiliki ‘nalar’ untuk membedakan mana yang benar dan mana yang salah,
serta mengambil keputusan berdasarkan akal sehat serta hati nurani.
~ DEXTER TV Series ~ |
Cukup
menarik mengetahui adanya ‘kesadaran’ untuk melakukan kebenaran saat melakukan
tindakan yang berkaitan dengan mengambil nyawa orang lain. Terlepas
dari aneka deskripsi yang cukup brutal, jika dibandingkan dengan adaptasi
serial TV oleh Showtime, maka novel ini bisa dikatakan ‘lebih-ringan’ untuk
penggambaran kebrutalan dan sifat sadis manusia dalam membunuh dan memutilasi
para korbannya (dalam kondisi mati maupun hidup-hidup). Kuharapkan penulis
tetap berusaha mengembangkan pemahaman karakter Dexter untuk mengetahui perihal
‘kelainan’ dirinya, sehingga serial ini tidak sekedar kisah misteri penuh
adegan berdarah-darah, tetapi juga pemahaman pemikiran orang-orang yang
dilabeli sebagai otak kriminal, sadistik dan psikopat ... terutama dari sudut
pandang sisi manusiawi.
~ (left) Jeff Lindsay | (right) Michael Hall as Dexter Morgan ~ |
Tentang
Penulis :
Jeff Lindsay
adalah nama pena dari Jeffry P. Freundlich,
lahir di Miami pada tanggal 14 juli 1952. Ia merupakan penulis asal Amerika
yang terkenal sebagai penulis naskah drama (plays) dan novel misteri. Sebagian
besar karyanya merupakan kolaborasi dengan istrinya Hilary Hemingway, yang juga
dikenal sebagai kemenakan penulis ternama Ernest Hemingway. Novel perdana ‘Darkly
Dreamy Dexter’ yang rilis pada tahun 2004, menarik perhatian pembaca sekaligus
produser film dari Showtime hingga pada tahun 2006 rilis serial TV berjudul ‘Dexter’
untuk season pertama. Kesuksesan serial yang digambarkan brutal dan sadis ini
berlanjut hingga pembuatan season kedua dan seterusnya sepanjang tahun (2006 –
2013)
[ more about the author &
related works, just check at here : Jeff
Lindsay | on
Goodreads | on
Wikipedia | on IMDb | at Facebook | at Twitter ]
~ This Post are
include in 2014 Reading Challenge ~
34th Book
in What’s A Name Challenge
45th Book
in Finding New Author Challenge
110th Book
in TBRR Pile
Best Regards,
Hobby Buku
No comments:
Post a Comment