Translate

Saturday, June 28, 2014

Books "DEXTER IN THE DARK"

Books “DEXTER : SI CHARMING PEMBUNUH BERANTAI”
Judul Asli : DEXTER IN THE DARK
[ book 3 of DEXTER Series ]
A Novel by Jeff Lindsay
Copyright © 2007 by Jeff Lindsay
Copyright © licensed by The Nicholas Ellison Agency
Penerbit Dastan Books
Alih Bahasa : Bima SudiartoRizal Nova Mujahid
Editor : Arif Budi Nugroho
Desain Sampul : www.expertoha.com | photographer © Lorna Pixelgnome
Cetakan I : Juli 2009 ; 420 hlm ; ISBN 978-979-3972-55-8
Rate : 3 of 5

Kasus terakhir yang melibatkan aksi Dr. Danco – pembunuh dengan keahlian unik sekaligus sadis dalam menangani setiap korbannya, berhasil ditangani oleh pihak berwenang. Dexter yang terlibat langsung dalam aksi tersebut, berhasil menyelamatkan nyawa Kyle, meski pria tersebut harus menerima ‘cacat-permanen’ akibat mutilasi yang dilakukan oleh Dr. Danco. Namun Deborah – saudara tiri Dexter tampaknya sungguh-sungguh menyukai pria tersebut, terbukti dengan kerelaan serta kesabaran yang ia lakukan dalam memulihkan kondisi Kyle. Sedangkan untuk korban lainnya, Sersan Doakes yang semula hanya berperan sebagai ‘umpan’ bagi Dr. Danco, secara fisik ia bisa dianggap telah ‘mati’ akibat perlakuan dan penyiksaan yang dilakukan oleh Dr. Danco. Dexter harus mengakui dirinya mau tidak mau merasa lega karena tidak lagi dalam pengawasan Sersan Doakes (ia juga berharap pria itu tewas, terutama melihat kondisi fisiknya). Namun kali ini Dexter cukup terkejut kala mendapati Sersan Doakes tidak tewas sedemikian mudah. Ia melawan dan memperkuat diri, bahkan bertahan hidup dengan harus menggantungkan diri pada tongkat dan kaki palsu, tangan palsu hingga kehilangan kemampuan berbicara (akibat pencabutan lidah) dan kini ia bahkan muncul di kantor kepolisian, mengerjakan tugas dibelakang meja dan tetap mengawasi Dexter.



Maka rencana Dexter untuk menjalankan ‘rutinitasnya’ sebagai ‘plain-normal-Dexter’ dan ‘Dark Passenger’ terpaksa mengalami sedikit penangguhan. Anehnya pada suatu kesempatan saat Dark Passanger kembali beraksi terhadap seorang pria, muncul peristiwa aneh yang membawa Dexter pada serangkaian peristiwa pembunuhan sekaligus mutilasi terhadap korban dengan tema khusus : sebuah ritual yang menuntut korban manusia. Sersan Deborah – sauadara tiri Dexter yang menangani kasus tersebut, berharap sangat besar pada bantuan Dexter, yang acapkali memberikan ‘masukan-masukan’ yang anehnya selalu tepat pada sasaran untuk memburu pembunuh-pembunuh aneh. Tiada yang mengetahui bahwa sesungguhnya yang berperan dalam hal tersebut adalah hasil pemikiran sang Dark Passanger, bukan ‘normal-Dexter’. Anehnya justru pada saat menangani kasus yang dalam sekejab berubah menjadi rangkaian pembunuhan berantai, mendadak Dark Passanger menghilang dari diri Dexter. Tak pelak Dexter menjadi kelabakan, ia kehilangan pedoman dan rasa percaya diri, sebagaimana biasanya saat menghadapi kasus-kasus pelik. Amukan Deborah yang menganggap Dexter sengaja tak mau membantunya, semakin membuat Dexter gelisah dan khawatir.

Di sisi lain, muncul hal-hal yang membutuhkan perhatian Dexter. Di tengah kekalutan yang ia hadapi, Rita berhasil ‘membuat’ Dexter melamar dirinya (hal yang dipercayai oleh Dexter dilakukan tanpa sadar). Alhasil ia disibukkan dalam rencana pernikahan yang memusingkan. Belum tuntas aneka masalah yang ia hadapi, Dexter mendapati kedua (calon) anak tirinya, Astor dan Cody ternyata lebih memahami ‘kehilangan’ sisi Dark Passanger pada diri Dexter. Pada diri Cody – bocah aneh yang nyaris tidak pernah berbicara, Dexter mendapati bocah tersebut sangat mirip dengan dirinya semasa remaja. Jika dulu Dexter mendapat bantuan dan panduan dari Harry – ayah tirinya, maka kini Dexter bertekad membimbing Cody dengan cara serupa. Bagaimana Dexter bisa memberikan penjelasan dan arahan, agar kedua bocah itu tetap merahasiakan ‘keinginan-terpendam’ untuk membunuh dan belajar untuk melatih kemampuan dan memilih sasaran korban yang sesuai ? Tanpa kehadiran Dark Passsanger dalam diri Dexter, ia harus berperan layaknya (manusia) pria normal, mempersiapkan pernikahan, menyelesaikan tugas-tugas kantor dan membimbing (calon) anak-anaknya, sembari menunggu waktu pemulihan kondisinya. Sayangnya Dexter tak memiliki banyak waktu. Karena sang pembunuh mulai memilih korban-korban baru secara cepat ... dan sasaran berikutnya adalah calon keluarga Dexter !!

Problematika serta konflik yang terjadi pada kehidupan Dexter digambarkan semakin pelik. Kasus demi kasus bahkan yang paling aneh bermunculan untuk ditangani oleh Divisi Pembunuhan Metro Dade Miami. Jika Dexter hampir selalu muncul sebagai ‘problem-solver’ terutama mendalami ‘benak’ para psikopat, maka kali ini ia bagaikan orang lumpuh, karena alter egonya Dark Passanger mendadak menghilang tanpa tanda-tanda khusus. Selain menyoroti dari sisi kelam kehidupan Dexter, penulis juga membuat perkembangan hubungan Dexter dengan Rita yang sebenarnya termasuk cukup aneh secara psikologis. Bahkan semakin aneh lagi kala penulis (juga) membuat kedua anak Rita, Astor dan Cody menderita traumatis (yang tak pernah diketahui atau didiagnosa kecuali oleh Dexter) sehingga mereka juga memiliki sisi kelam sebagaimana Dexter alami. Perilaku menyimpang yang juga pernah dituliskan oleh Thomas Harris melalui serial Hannibal Lecter, atau thriller karya penulis Jepang yang tak kalah anehnya, bukan sesuatu yang baru bagi diriku ... maka harus kusampaikan beberapa hal yang menjadi ganjalan sepanjang kisah Dexter In The Dark ini, yang juga membuatku ‘sedikit’ tidak puas dengan perubahan serta perkembangan yang dibuat oleh sang penulis.

Mulai dari penggambaran karakter Dexter yang semenjak awal adalah pria brilian, meski aneh dan dianggap tidak normal bagi sebagian besar kenalannya, ia justru memiliki kelebihan dalam pemahaman sifat dan karakter manusia, terutama pengenalan sisi kelam dari setiap manusia. Satu-satunya kelemahan adalah pemahaman sifat ‘emosional’ yang memang menurut nalar dirasa tidak terlalu perlu menjadi bahan pertimbangan. Namun jangan salah sangka dengan menganggap Dexter sebagai sosok ‘dingin’ tak berperasaan, meski ia tak mampu berempati secara tulus, ia justru berhasil menerapkan pendekatan psikologis terhadap manusia di sekelilingnya, jauh lebih baik dibandingkan Deborah yang notabene sangat emosional hingga acapkali melupakan akal sehatnya. Sayangnya dan anehnya, justru dalam kisah akli ini, penulis seakan ‘menelanjangi’ kelebihan-kelebihan Dexter dan menyalahkan pada hilangnya Dark Passanger, yang membuat sosok Dexter menjadi pria tanpa daya, menjadi bulan-bulanan kaum wanita (maksudku Deborah dan Rita). Hampir sepanjang kisah, diriku jadi gregetan menghadapi ‘ketidak-berdayaan’ Dexter atas perilaku Deborah yang semena-mena (dan egois menurutku) serta Rita yang bersikeras memilih hal-hal terbaik untuk pernikahannya (tanpa memperhatikan segala keberatan Dexter).

~ DEXTER TV Series Season 3 ~
Ok ... patut dicatat bahwa diriku sama sekali tidak menyalahkan perilaku Deborah maupun Rita (terutama saat menyoroti sisi ke-egoisan masing-masing), namun perlukah membuat Dexter bak pria ‘letoi’ yang tak sanggup mengambil keputusan hanya karena ‘kehilangan’ sisi lain ? Well ... hello !!! Sepanjang pemahamanku, Dark Passanger tidak menghilangkan kecerdasan otak dan intuisi Dexter, bahkan kehadirannya mempertajam segaal kelebihan yang telah dimiliki dan diasah selama bertahun-tahun oleh Dexter semenjak remaja. Maka sangat aneh jika kini digambarkan Dexter sama sekali tak berfungsi bagai boneka rusak hanya karena Dark Passanger ‘menghilang’ dari dalam dirinya. Duh ... jadi panjang lebar nih curcolnya, soalnya diriku benar-benar gregetan dan tidak habis pikir, mengapa penulis ‘sengaja’ merusak kondisi Dexter sedemikian rupa ... dan hal ini (mohon diperhatikan) sama sekali tidak sesuai dengan nalar #nahlho. Satu-satunya yang lumayan menghibur adalah perubahan pada diri Astor maupun Cody yang menimbulkan penasaran, apakah benar mereka menderita kepribadian ganda sebagaimana yang dialami oleh Dexter ? Ataukah ini sekedar semacam episode peralihan untuk memperoleh perhatian Dexter yang diharapkan sebagai pengganti ayah kandung mereka (yang telah menyiksa mereka secara fisik dan mental semasa kanak-kanak).

~ (left) Jeff Lindsay | (right) Michael Hall as Dexter ~
Tentang Penulis :
Jeff Lindsay adalah nama pena dari Jeffry P. Freundlich, lahir di Miami pada tanggal 14 juli 1952. Ia merupakan penulis asal Amerika yang terkenal sebagai penulis naskah drama (plays) dan novel misteri. Sebagian besar karyanya merupakan kolaborasi dengan istrinya Hilary Hemingway, yang juga dikenal sebagai kemenakan penulis ternama Ernest Hemingway. Novel perdana ‘Darkly Dreamy Dexter’ yang rilis pada tahun 2004, menarik perhatian pembaca sekaligus produser film dari Showtime hingga pada tahun 2006 rilis serial TV berjudul ‘Dexter’ untuk season pertama. Kesuksesan serial yang digambarkan brutal dan sadis ini berlanjut hingga pembuatan season kedua dan seterusnya sepanjang tahun (2006 – 2013)

[ more about the author & related works, just check at here : Jeff Lindsay | on Goodreads | on Wikipedia | on IMDb | at Facebook | at Twitter  ]

~ This Post are include in 2014 Reading Challenge ~
36th Book in What’s A Name Challenge
112th Book in TBRR Pile

Best Regards,

Hobby Buku

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...