Books
“DEXTER : SI CHARMING PEMBUNUH BERANTAI”
Judul Asli : DEXTER IN THE DARK
[ book 3 of DEXTER Series ]
A
Novel by Jeff Lindsay
Copyright
© 2007 by Jeff Lindsay
Copyright
© licensed by The Nicholas Ellison Agency
Penerbit Dastan Books
Alih Bahasa : Bima
SudiartoRizal Nova Mujahid
Editor : Arif Budi
Nugroho
Cetakan I : Juli 2009
; 420 hlm ; ISBN 978-979-3972-55-8
Rate
: 3 of 5
Kasus
terakhir yang melibatkan aksi Dr. Danco – pembunuh dengan keahlian unik
sekaligus sadis dalam menangani setiap korbannya, berhasil ditangani oleh pihak
berwenang. Dexter yang terlibat langsung dalam aksi tersebut, berhasil
menyelamatkan nyawa Kyle, meski pria tersebut harus menerima ‘cacat-permanen’
akibat mutilasi yang dilakukan oleh Dr. Danco. Namun Deborah – saudara tiri
Dexter tampaknya sungguh-sungguh menyukai pria tersebut, terbukti dengan
kerelaan serta kesabaran yang ia lakukan dalam memulihkan kondisi Kyle.
Sedangkan untuk korban lainnya, Sersan Doakes yang semula hanya berperan
sebagai ‘umpan’ bagi Dr. Danco, secara fisik ia bisa dianggap telah ‘mati’
akibat perlakuan dan penyiksaan yang dilakukan oleh Dr. Danco. Dexter harus
mengakui dirinya mau tidak mau merasa lega karena tidak lagi dalam pengawasan
Sersan Doakes (ia juga berharap pria itu tewas, terutama melihat kondisi
fisiknya). Namun kali ini Dexter cukup terkejut kala mendapati Sersan Doakes
tidak tewas sedemikian mudah. Ia melawan dan memperkuat diri, bahkan bertahan
hidup dengan harus menggantungkan diri pada tongkat dan kaki palsu, tangan
palsu hingga kehilangan kemampuan berbicara (akibat pencabutan lidah) dan kini
ia bahkan muncul di kantor kepolisian, mengerjakan tugas dibelakang meja dan
tetap mengawasi Dexter.
Maka
rencana Dexter untuk menjalankan ‘rutinitasnya’ sebagai ‘plain-normal-Dexter’ dan
‘Dark Passenger’ terpaksa mengalami sedikit penangguhan. Anehnya pada suatu
kesempatan saat Dark Passanger kembali beraksi terhadap seorang pria, muncul
peristiwa aneh yang membawa Dexter pada serangkaian peristiwa pembunuhan
sekaligus mutilasi terhadap korban dengan tema khusus : sebuah ritual yang
menuntut korban manusia. Sersan Deborah – sauadara tiri Dexter yang menangani
kasus tersebut, berharap sangat besar pada bantuan Dexter, yang acapkali memberikan
‘masukan-masukan’ yang anehnya selalu tepat pada sasaran untuk memburu
pembunuh-pembunuh aneh. Tiada yang mengetahui bahwa sesungguhnya yang berperan
dalam hal tersebut adalah hasil pemikiran sang Dark Passanger, bukan ‘normal-Dexter’.
Anehnya justru pada saat menangani kasus yang dalam sekejab berubah menjadi
rangkaian pembunuhan berantai, mendadak Dark Passanger menghilang dari diri
Dexter. Tak pelak Dexter menjadi kelabakan, ia kehilangan pedoman dan rasa percaya
diri, sebagaimana biasanya saat menghadapi kasus-kasus pelik. Amukan Deborah
yang menganggap Dexter sengaja tak mau membantunya, semakin membuat Dexter
gelisah dan khawatir.
Di
sisi lain, muncul hal-hal yang membutuhkan perhatian Dexter. Di tengah
kekalutan yang ia hadapi, Rita berhasil ‘membuat’ Dexter melamar dirinya (hal
yang dipercayai oleh Dexter dilakukan tanpa sadar). Alhasil ia disibukkan dalam
rencana pernikahan yang memusingkan. Belum tuntas aneka masalah yang ia hadapi,
Dexter mendapati kedua (calon) anak tirinya, Astor dan Cody ternyata lebih
memahami ‘kehilangan’ sisi Dark Passanger pada diri Dexter. Pada diri Cody –
bocah aneh yang nyaris tidak pernah berbicara, Dexter mendapati bocah tersebut
sangat mirip dengan dirinya semasa remaja. Jika dulu Dexter mendapat bantuan
dan panduan dari Harry – ayah tirinya, maka kini Dexter bertekad membimbing
Cody dengan cara serupa. Bagaimana Dexter bisa memberikan penjelasan dan
arahan, agar kedua bocah itu tetap merahasiakan ‘keinginan-terpendam’ untuk
membunuh dan belajar untuk melatih kemampuan dan memilih sasaran korban yang
sesuai ? Tanpa kehadiran Dark Passsanger dalam diri Dexter, ia harus berperan
layaknya (manusia) pria normal, mempersiapkan pernikahan, menyelesaikan
tugas-tugas kantor dan membimbing (calon) anak-anaknya, sembari menunggu waktu
pemulihan kondisinya. Sayangnya Dexter tak memiliki banyak waktu. Karena sang
pembunuh mulai memilih korban-korban baru secara cepat ... dan sasaran
berikutnya adalah calon keluarga Dexter !!
Problematika
serta konflik yang terjadi pada kehidupan Dexter digambarkan semakin pelik.
Kasus demi kasus bahkan yang paling aneh bermunculan untuk ditangani oleh
Divisi Pembunuhan Metro Dade Miami. Jika Dexter hampir selalu muncul sebagai ‘problem-solver’
terutama mendalami ‘benak’ para psikopat, maka kali ini ia bagaikan orang
lumpuh, karena alter egonya Dark Passanger mendadak menghilang tanpa
tanda-tanda khusus. Selain menyoroti dari sisi kelam kehidupan Dexter, penulis
juga membuat perkembangan hubungan Dexter dengan Rita yang sebenarnya termasuk
cukup aneh secara psikologis. Bahkan semakin aneh lagi kala penulis (juga)
membuat kedua anak Rita, Astor dan Cody menderita traumatis (yang tak pernah
diketahui atau didiagnosa kecuali oleh Dexter) sehingga mereka juga memiliki
sisi kelam sebagaimana Dexter alami. Perilaku menyimpang yang juga pernah
dituliskan oleh Thomas Harris melalui serial Hannibal Lecter, atau thriller
karya penulis Jepang yang tak kalah anehnya, bukan sesuatu yang baru bagi
diriku ... maka harus kusampaikan beberapa hal yang menjadi ganjalan sepanjang
kisah Dexter In The Dark ini, yang juga membuatku ‘sedikit’ tidak puas dengan
perubahan serta perkembangan yang dibuat oleh sang penulis.
Mulai
dari penggambaran karakter Dexter yang semenjak awal adalah pria brilian, meski
aneh dan dianggap tidak normal bagi sebagian besar kenalannya, ia justru
memiliki kelebihan dalam pemahaman sifat dan karakter manusia, terutama
pengenalan sisi kelam dari setiap manusia. Satu-satunya kelemahan adalah
pemahaman sifat ‘emosional’ yang memang menurut nalar dirasa tidak terlalu
perlu menjadi bahan pertimbangan. Namun jangan salah sangka dengan menganggap
Dexter sebagai sosok ‘dingin’ tak berperasaan, meski ia tak mampu berempati
secara tulus, ia justru berhasil menerapkan pendekatan psikologis terhadap
manusia di sekelilingnya, jauh lebih baik dibandingkan Deborah yang notabene
sangat emosional hingga acapkali melupakan akal sehatnya. Sayangnya dan
anehnya, justru dalam kisah akli ini, penulis seakan ‘menelanjangi’
kelebihan-kelebihan Dexter dan menyalahkan pada hilangnya Dark Passanger, yang
membuat sosok Dexter menjadi pria tanpa daya, menjadi bulan-bulanan kaum wanita
(maksudku Deborah dan Rita). Hampir sepanjang kisah, diriku jadi gregetan
menghadapi ‘ketidak-berdayaan’ Dexter atas perilaku Deborah yang semena-mena
(dan egois menurutku) serta Rita yang bersikeras memilih hal-hal terbaik untuk
pernikahannya (tanpa memperhatikan segala keberatan Dexter).
~ DEXTER TV Series Season 3 ~ |
Ok
... patut dicatat bahwa diriku sama sekali tidak menyalahkan perilaku Deborah
maupun Rita (terutama saat menyoroti sisi ke-egoisan masing-masing), namun
perlukah membuat Dexter bak pria ‘letoi’ yang tak sanggup mengambil keputusan
hanya karena ‘kehilangan’ sisi lain ? Well ... hello !!! Sepanjang pemahamanku,
Dark Passanger tidak menghilangkan kecerdasan otak dan intuisi Dexter, bahkan
kehadirannya mempertajam segaal kelebihan yang telah dimiliki dan diasah selama
bertahun-tahun oleh Dexter semenjak remaja. Maka sangat aneh jika kini
digambarkan Dexter sama sekali tak berfungsi bagai boneka rusak hanya karena
Dark Passanger ‘menghilang’ dari dalam dirinya. Duh ... jadi panjang lebar nih
curcolnya, soalnya diriku benar-benar gregetan dan tidak habis pikir, mengapa
penulis ‘sengaja’ merusak kondisi Dexter sedemikian rupa ... dan hal ini (mohon
diperhatikan) sama sekali tidak sesuai dengan nalar #nahlho. Satu-satunya yang
lumayan menghibur adalah perubahan pada diri Astor maupun Cody yang menimbulkan
penasaran, apakah benar mereka menderita kepribadian ganda sebagaimana yang
dialami oleh Dexter ? Ataukah ini sekedar semacam episode peralihan untuk
memperoleh perhatian Dexter yang diharapkan sebagai pengganti ayah kandung mereka
(yang telah menyiksa mereka secara fisik dan mental semasa kanak-kanak).
~ (left) Jeff Lindsay | (right) Michael Hall as Dexter ~ |
Tentang
Penulis :
Jeff Lindsay
adalah nama pena dari Jeffry P. Freundlich,
lahir di Miami pada tanggal 14 juli 1952. Ia merupakan penulis asal Amerika
yang terkenal sebagai penulis naskah drama (plays) dan novel misteri. Sebagian
besar karyanya merupakan kolaborasi dengan istrinya Hilary Hemingway, yang juga
dikenal sebagai kemenakan penulis ternama Ernest Hemingway. Novel perdana ‘Darkly
Dreamy Dexter’ yang rilis pada tahun 2004, menarik perhatian pembaca sekaligus
produser film dari Showtime hingga pada tahun 2006 rilis serial TV berjudul ‘Dexter’
untuk season pertama. Kesuksesan serial yang digambarkan brutal dan sadis ini
berlanjut hingga pembuatan season kedua dan seterusnya sepanjang tahun (2006 –
2013)
[ more about the author &
related works, just check at here : Jeff
Lindsay | on
Goodreads | on
Wikipedia | on IMDb | at Facebook | at Twitter ]
~ This Post are
include in 2014 Reading Challenge ~
36th Book
in What’s A Name Challenge
112th Book
in TBRR Pile
Best Regards,
Hobby Buku
No comments:
Post a Comment