Books
“KAMAR GAS”
Judul Asli : THE CHAMBER
Copyright © John Grisham
1994
Penerbit Gramedia
Pustaka Utama
Alih Bahasa : Hidayat
Saleh
Cetakan
V : Juni 2006 ; 992 hlm ; ISBN 978-979-605-137-3
Rate : 4 of 5
Buku ini salah satu
dari sekian banyak karya Grisham yang sempat ‘menghilang’ dari peredaran
sehingga diriku kesulitan mencarinya untuk melengkapi koleksi karya penulis
favoritku ini. Sebagaimana sebagian besar karya beliau yang mengangkat
tema-tema seputar dunia hukum, kali ini topik khusus yang menjadi salah satu
sorotan dan perhatian beliau secara pribadi : hukuman mati bagi terpidana.
Mengenal John Grisham serta latar belakang beliau sebagai pengacara, tentunya
mengetahui seberapa jauh pergulatan moral yang harus dihadapi, antara memberi
keadilan bagi keluarga korban dan menghukum terpidana yang terbukti bersalah
melalui proses peradilan, dengan memberlakukan keputusan : hukuman mati (death
penalty).
Kisah ini dibuka pada
sekitar tahun 60-an, tepatnya di Mississippi, negara bagian Amerika yang
terkenal akan pergolakan rasialisme yang memakan korban sangat banyak. Marvin
Kramer adalah pengacara Yahudi keturunan Jerman yang telah mengalami
‘pencerahan’ dan alih-alih meneruskan keinginan keluarganya yang menganut paham
layaknya kaum Selatan, ia justru membela hak-hak sipil dan mewakili kaum
minoritas dalam jenjang status sosial : kaum kulit hitam !! Akibatnya ia
‘dibuang’ oleh keluarganya, dan berkutat dengan tuntutan hukum membela keadilan
dengan sangat vokal terhadap pemerintahan setempat yang acapkali menutup mata
atas ketidak-adilan yang menimpa kaum kulit hitam.
Aktifitas Marvin
membuatnya menjadi sasaran korban kelompok militan KKK (Ku Klux Klan) yang
telah melancarkan teror serta ketakutan bagi pihak-pihak yang berjuang demi hak
asasi dan keadilan. Ketika keputusan diambil, sebuah paket bom dipasang di
kantor Marvin. Rencana awal yang bertujuan menebarkan teror tanpa dimaksudkan
akan terjadi korban jiwa, selain bangunan kantor yang rusak dan hancur, berubah
menjadi malapetaka mengerikan. Perakit bom melakukan modifikasi dengan
menggunakan ‘timer’ yang celakanya tidak berfungsi, sehingga alih-alih meledak
sebelum subuh, justru meledak pada pagi hari, kala Marvin beserta kedua anak
kembarnya sudah berada di dalam kantor.
Marvin selamat meski
kedua kakinya harus diamputasi. Namun si kembar Josh dan John Kramer yang baru
berusia 5 tahun tewas karena berada di dekat lokasi bom. Masyarakat tertegun
dan mengutuk tindakan para pelaku. Pihak berwajib hingga FBI turun tangan dan
dalam waktu singkat, seorang tersangka berhasil dibekuk. Pria bernama Sam
Cayhall, yang terdaftar dalam list pengawasan FBI karena keluarganya secara
turun temurun merupakan anggota KKK. Namun tiada bukti langsung mampu mendakwa
Sam ke peradilan. Hingga FBI mengalihkan sasaran pada Jeremiah Dogan, yang
dikenal sebagai imperial wizards –
pimpinan KKK di Mississipi. Demi menyelamatkan nyawanya, Dogan menyerahkan nama Sam Cayhall atas
tragedi Kramer.
Sam Cayhall didakwa
atas kematian Josh dan John Kramer pada tahun 1967, dan vonis hukuman mati di
kamar gas merupakan keputusan dewan juri. Para pengacara sam Cayhall berusaha
keras melakukan banding untuk keringanan maupun ampunan (amnesti) bagi klien
mereka. Namun hal ini tidak mudah dilakukan, karena Sam Cayhall adalah sosok
pria keras kepala dan memiliki kemauan sendiri. Satu hal yang bisa meringankan
hukumannya, dengan menyebutkan nama rekan yang memasang bom tersebut, tidak
bersedia ia sebutkan, dan bersikeras bahwa hanya dirinya seorang yang melakukan
pemasangan bom tersebut. Hingga akhirnya ia memecat pengacaranya dan
mempelajari hukum untuk mewakili dirinya sendiri.
Tahun berlalu,
masyarakat mulai melupakan kasus Kramer, hingga permainan politik muncul kala
Gubernur yang berhasil menduduki jabatannya harus menjalani masa pemilihan
baru. Demi mengangkat popularitas, sebuah keputusan muncul, masa-masa penantian
Sam Cayhall dalam tahanan telah usai, dan kini tiba waktunya untuk menjawab
permintaan para pendukung suara, dengan mengeluarkan keputusan hukuman mati
melalui kamar gas bagi Sam. Dan di saat genting ini pula, muncul sosok pembela
yang membuat heboh dan bahan perbincangan masyarakat, terutama di wilayah
Mississipi. Seorang pengacara muda bernama Adam Hall, khusus datang dari
Chicago untuk membela Sam Cayhall.
Adam Hall – berusia
26 tahun, baru setahun lulus dan sedang menjalani magang di biro hukum Kravitz
& Bane di Chicago. Kini ia meminta tugas khusus untuk membela Sam Cayhall –
mantan klien biro tersebut, sebelum dipecat akibat sifat Sam Cayhall yang keras
kepala. Permintaan yang tidak biasa bagi pengacara yang baru lulus, belum
memiliki pengalaman sidang atau menangani hukum pidana mati. Namun ada satu
rahasia kunci yang membuat Adam bukan saja memperoleh ijin tetapi juga dukungan
dari rekan seniornya, ia adalah cucu Sam Cayhall, yang tak pernah saling
bertemu selama bertahun-tahun semenjak ayahnya, Eddie Cayhall, putra Sam,
melarikan diri ke negara bagian lain, setelah vonis hukuman terhadap Sam
dijatuhkan.
Kedua anggota
keluarga yang tak pernah saling bertemu, atau mengenal satu sama lain, kini
akan berhadapan muka, untuk melakukan sebuah kerjasama yang sulit, mengingat
sejarah buruk hubungan Sam dengan para pengacaranya. Adam Hall memiliki misi
khusus, bukan saja berharap sebuah keajaiban terjadi atas vonis hukuman mati
terhadap kakeknya, melainkan juga ia berusaha menyingkap selubung misteri yang
menyebabkan keluarganya porak-poranda. Apa alasan dibalik kematian ayahnya,
yang melakukan bunuh diri ? Bagaimana reaksi bibinya, saudara kandung Eddie
yang membenci ayahnya, Sam Cayhall ? Dan mampukah ia membuat Sam mengakui
kebenaran atas apa yang sebenarnya terjadi di tahun 1967 dan sejarah masa
lampau keluarga ....
Kisah setebal 900
halaman ini mengupas sisi lain dari kehidupan para terpidana mati, melalui
karakter Sam Cayhall. Kehadiran sosok Adam Hall, menjadi cerminan dari
keingin-tahuan masyarakat awam, tentang kisah dibalik tragedi maupun
kasus-kasus mengerikan yang menyebabkan alasan mengapa mereka dimasukan dalam
tahanan seumur hidup hingga tiba waktunya untuk menjalani hukuman mati. Topik
tentang sejarah dan metode hukuman, mulai dari penggunaan kursi listrik hingga
dilarang akibat penderitaan para terpidana yang tidak langsung mengalami
kematian, hingga perdebatan apakah hukuman mati melalui kamar gas cukup efektif
bagi terpidana maupun pihak-pihak terkait.
Alternatif terbaru
adalah menggunakan suntikan, yang dirasa lebih ‘manusiawi’ dan memiliki resiko
lebih rendah untuk terjadinya kontaminasi dan pencemaran akibat mayat terpidana
yang hangus terbakar atau menguraikan racun asam sulfat akibat pembuangan gas
beracun. Sejarah panjang penggunaan kamar gas juga disinggung kala Nazi
menggunakan sebagai altenatif memusnahkan tahanan kaum Yahudi. Daya tarik
sekaligus kengerian mewarnai kisah ini, tentang sejarah panjang keluarga yang
menjadi pengikut KKK, terlepas mereka memiliki pemahaman dan keyakinan layaknya
orang fanatik, atau sekedar ‘ikut-ikutan-belaka’ ... semuanya disajikan tanpa
menunjukkan apakah hal tersebut hitam atau putih.
Grisham tampaknya
sengaja menuangkan pemikiran dari kedua belah sisi, sisi korban dan pelaku
kejahatan, sisi penegak hukum dan kepentingan politik, sisi manusiawi dengan
tuntutan keadilan. Semuanya memiliki alasan tersendiri yang bisa menjadi sebuah
alasan kuat untuk dalih atau pembenaran atas tindakan yang telah dilakukan.
Sebagaimana pepatah dunia hukum menyebutkan “Not
guilty until proven otherwise” – permainan dan pemutar-balikan fakta mampu
dilakukan, semuanya demi mencapai tujuan masing-masing. Pertanyaannya, jika
kita menuntut keadilan atas kematian seseorang dengan mencabut nyawa orang
lain, apakah ia sang pelaku atau konspirator, apakah ini sebuah keadilan atas
nama kemanusiaan ?
Dengan ending yang
menyentuh, sekali lagi Grisham mampu menyajikan kepelikan dunia yang
bermain-main dengan nyawa manusia. Ibarat sebuah jeritan suara hati, melalui
kisah ini, beliau menunjukkan bahwa hukuman mati bukanlah satu-satunya jalan
untuk menuntut keadilan, selain memuaskan rasa dendam dan amarah yang tak akan
dapat menghapus kepedihan serta luka yang telah terjadi akibat tragedi terhadap
orang-orang yang kita kasihi. Now, I must hunting for The Chamber’s DVD – and
it’s so hard to find this day (-__-) ... anybody could gave me direction where
to find this ? (yep ... is true, aside for books collection, I also collect DVD
of Grisham’s Movie Adaptation)
~
This Post are
include in 2014 Mystery Club & 2014 Reading Challenge ~
81th Book
in TBRR Pile
Best Regards,
Hobby Buku
Wah aku belum baca nih, jadi pengen baca :)
ReplyDelete